Bermitra Dengan Odo Elementary School Jepang, SDN Perak Barat IV Terkendala Komunikasi

Surabaya- Olahraga, khususnya sepak bola, menjadi tema yang digagas Odo Elementary School Jepang kepada sekolah partnernya, SDN Perak Barat 4 Surabaya dalam program International Intercultural Mural Exchange yang Tunas Hijau menjadi koordinator Indonesia. Sepak bola menjadi tema yang mereka pilih, karena menurut Takashi Ota, guru pendamping dari Jepang, mereka menyukai sepak bola dan mereka tahu sepak bola Indonesia sangat keren.

Tuniar Simanjuntak menunjukkan mural yang telah dibuat oleh siswa SDN Perak Barat Surabaya dengan Odo Elementary School Jepang

”Kami berharap bisa bermain bersama nanti jika ada waktu berkujung ke Indonesia,” kata Takashi dalam resmi online forum program ini. Tema yang diberikan oleh Odo Elementary School tampaknya setali tiga uang dengan harapan siswa SDN Perak Barat IV Surabaya, sekolah yang meraih penghargaan level emas Energy Challenge 2012 yang diselenggarakan Tunas Hijau. Tuniar Simanjuntak, guru SDN Perak Barat, menyatakan mereka juga sangat senang terhadap sepak bola, dan ingin sekali bermain bersama.

Membutuhkan waktu satu minggu untuk menyelesaikan gambar yang sudah dibuat separuh oleh Odo Elementary School. Hal tersebut disampaikan oleh Anatasya dan Angelta, dua siswa kembar kelas 6, ini mengerjakan mulai dari desain sampai mewarnai membutuhkan waktu selama seminggu. “Setiap harinya setelah pulang sekolah, saya dan teman-teman saya yang jago menggambar mengerjakan mural ini selama satu minggu. Saya tidak merasa capek, justru bangga karena gambaran saya dan teman-teman bisa sampai ke Jepang,” ujar Anatasya kepada Tunas Hijau, Jumat (11/1).

Selama pengerjaan mural ini, siswa-siswa SDN Perak Barat 4 ini sangat berhati-hati kepada gambaran mereka dan penggunaan cat. ”Kami tidak ingin langsung menghabiskan cat minyak yang diberikan kepada kami. “Kami ingin menghemat penggunaan catnya, karena kami takut jika terlalu banyak catnya akan habis dan cat nya itu tidak ada di Indonesia,” ucap Angelita.

Selama ini, komunikasi yang terjalin antar kedua sekolah partner ini sebagian besar dilakukan melalui media onine, seperti forum online resmi program ini. Penggunaan teknologi informasi menjadi kendala bagi Tuniar untuk berkomunikasi dengan sekolah mitranya. “Saya mengaku tidak bisa untk membalas pesan yang mereka kirim untuk kami, jujur saja selain saya tidak bisa bahasa Inggris, saya juga gaptek. Jadi saya mohon maaf,” ucap Tuniar kepada Tunas Hijau.

Untuk mendukung komunikasi tetap berjalan antar kedua sekolah ini, Tunas Hijau mengajak beberapa siswa di seklah tersebut untuk memperkenalkan sekolahnya, terutama program lingkungan hidupnya. Dengan memperkenalkan adanya program lingkungan pengolahan sampah organik menjadi kompos melalui keranjang pengomposan, Angelita dan Firxie Putri langsung mempraktekkan pengolahan sampah untuk membuat kompos melalui keranjang komposter ini.

Angelita juga menunjukkan kepada siswa di Odo tentang program pemilahan sampah yang ada di sekolahnya. “Pemilahan sampah di sekolah saya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sampah basah dan sampah kering.  Program tersebut dijalankan setiap harinya. “Selain pemilahan sampah, sekolah yang terletak di kawasan Perak ini memiliki green house dengan banyak tanaman anggrek di dalamnya. (ryan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *