Pembenahan Komposter Dan Lubang Resapan di SMPN 16
Surabaya- Semangat Adelia Roro, siswa SMPN 16 untuk peduli lingkungan hidup belum habis. Sosok Eco Student of the Year 2011 Surabaya Eco School memperlihatkan tajinya kepada Tunas Hijau saat pembinaan lingkungan hidup di sekolahnya, Rabu (16/1). Meskipun sudah menginjak kelas 3, namun semangat untuk memberikan kenangan manis untuk sekolah masih menggebu-gebu.
Hal tersebut nampak ketika dirinya menjadi leader kader lingkungan sekolahnya dalam perencanaan program lingkungan yang akan mereka lakukan di sekolah. ”Teman-teman, saya rasa program yang bisa dilakukan adalah pengomposan dengan tong komposter aerob maupun keranjang pengomposan. Karena pengomposan kita sudah tidak berjalan lagi seperti dahulu,” ujar Adelia Roro.
Dengan mengajak masing-masing perwakilan kelas untuk mengambil keranjang komposter yang ada di kelasnya, Adelia Roro memberikan contoh pengomposan menggunakan keranjang komposter. Dijelaskan oleh Adelia bahwa dalam pengomposan, kuncinya adalah rutin untuk merawat dengan mengisinya sampah organik.
”Dengan rutinitas mengisi sampah organik ke dalam keranjang komposter tersebut, secara tidak langsung akan melembabkan suhu udara pada starter komposnya, dan berlangsunglah proses penguraian sampah organik oleh bakteri yang ada,” ujar Adelia Roro didampingi Tunas Hijau.
Sebanyak 20 keranjang komposter masih kurang perawatan sehingga keadaannya kering. Hal ini membuat Adelia dan kader lingkungan lainnya mengganti starter pada komposter dengan campuran tanah dan kompos yang ada di green house sekolah.
“Kalian harus membereskan dan membenarkan keranjang komposter kalian, karena keranjang komposter ini adalah tanggung jawab kalian setiap kelasnya. Jadi saya harap setelah ini, tidak ada lagi kejadian keranjang pengomposan tidak terawat seperti ini,” ucap Adelia kepada perwakilan siswa setiap kelas. Lebih lanjut Adelia menyampaikan bahwa program dua kelas satu takakura ini akan diperiksa setiap minggunya.
Semangat Eco Student of the Year 2011 ini memang sedang menanjak. Belum puas dengan kegiatan pengomposan, Adelia mengajak beberapa kader lingkungan untuk mengecek kondisi lubang resapan biopori yang ada di sekolah. ”Lubang biopori di sekolah kami sebenarnya banyak, tetapi karena tidak ada yang merawat membuat lubang biopori tersebut tertutup oleh tanah lagi,” ungkap Adelia Roro kepada Tunas Hijau.
Dengan menggunakan 4 alat bor biopori, Adelia mencari sisa-sisa lubang biopori yang ada di hutan sekolah dan saluran air di depan sekolah. ”Kalau kami masih bisa menemukan lubang bioporinya, kami akan memulai dari awal lagi untuk merawat bioporinya. Kalau bisa kami juga ingin menambah jumlah lubang biopori lagi,” terang Adelia. (ryan)