Pembinaan Lingkungan Hidup di SMP Unggulan Darul Ulum 1 Jombang

Jombang- Tidak memiliki kantin bukan berarti sekolah terbebas dari sampah. Pasalnya sumber sampah tidak harus berasal dari kantin. Pedagang kaki lima yang datang setiap kali waktu istirahat pun menjadi sumber penghasil sampah pengganti kantin. Hal tersebut, terjadi pada SMP Unggulan Darul Ulum 1 Jombang, sekolah yang berada di Pondok Pesantren Darul Ulum. Setiap kali waktu istirahat, banyak ditemui sampah non organik khususnya sampah plastik yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. 

Aktivis Tunas Hijau Anggriyan Permana menjelaskan cara mengolah sampah organik menjadi kompos dengan lubang resapan biopori kepada siswa SMP Unggulan Darul Ulum 1 Jombang, sekolah yang berada di kawasan pondok pesantren Darul Ulum Jombang

Disampaikan oleh Nada Salsabyla, siswa kelas 8, bahwa setiap harinya banyak sampah plastik yang dihasilkan setelah istirahat karena sampah tersebut berasal dari pedagang. ”Sampah plastik yang banyak ditemui itu meliputi sedotan, kantong plastik, mika dan plastik bungkus jajan. Hal tersebut merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang ada di sekolah,” terang Nada Salsabyla.

Dalam pembinaan lingkungan yang digelar Tunas Hijau di sekolahnya, Sabtu (19/01), sebanyak 170 orang siswa diajak untuk memahami permasalahan lingkungan yang ada di sekolah dan mencari solusinya. Disampaikan oleh Mochamad Zamroni, aktivis senior Tunas Hijau, bahwa setiap peserta pembinaan harus bisa menyebutkan permasalahan lingkungan yang ada di sekolahnya.

Peduli lingkungan hidup, manfaatkan penerangan alami dari sinar matahari

”Karena lingkungan ini adalah tanggung jawab bersama dan didalam agama Islam pun sangat dianjurkan untuk peduli lingkungan,” ujar Zamroni. Lebih lanjut, banyaknya sampah yang masih berserakan dimana-mana dan tidak pada tempatnya menjadi contoh salah satu permasalahan lingkungan di sekolah. Tidak butuh waktu lama, Emma Karmila menyebutkan permasalahan lingkungan yang ada di sekolahnya.

“Permasalahan lingkungan di sekolah kami diantaranya masih banyak siswa yang membuang sampah sembarangan, tidak ada pemilahan sampah antara organik dan anorganik, boros dalam penggunaaan listrik,” terang Emma Kamila, siswa kelas 8. Solusi terhadap permasalahan yang disebutkan oleh merekapun disampaikan oleh Nurul Azizah bahwa harus ada upaya pemilahan sampah organik dan anorganik.

Siswa putri juga diajak melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos dengan lubang resapan

”Khusus untuk sampah orgnaik harus segera diolah juga. Selain itu harus ada upaya untuk tidak membuang sampah sembarangan, memungut sampah dan melakukan gerakan penghematan energi listrik dengan menyalakan kipas angin diatas pukul 10.00 pagi,” terang Nurul Azizah kepada Tunas Hijau dan seluruh peserta pembinaan.

Anggriyan, aktivis Tunas Hijau, mengajak mereka untuk mempraktekkan dan menerapkan salah satu solusi permasalahan lingkungan di sekolah, dengan mengolah sampah organik. ”Saya akan ajak kalian untuk membuat lubang resapan biopori ini. Selain digunakan untuk menangkap air hujan, biopori juga digunakan untuk membuat pupuk kompos dari sampah organik. Apalagi sebenarnya kalian sudah punya alat biopori beberapa 5 unit. 1 unit pemberian PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk,” jelas Anggriyan.

Tanpa pikir panjang, Anggriyan pun mencontohkan cara pembuatan lubang biopori kepada mereka. ”Caranya adalah membuat lubang dengan memutar badan bor searah jarum jam sedalam satu meter. Pokoknya gak sampai ketemu sumber air. Kemudian, lubang yang terbentuk diisi dengan sampah organik hingga penuh, terakhir diberi pipa paralon untuk penyanggahnya,” terang Anggriyan.

Memaksimalkan 5 unit alat biopori, mereka membuat lebih dari 5 lubang biopori dalam upaya untuk mengolah sampah organik yang mereka hasilkan sendiri. Dalam pembinaan lingkungan ini, kelompok siswa putri ditantang Tunas Hijau untuk membuat 5 lubang resapan biopori lagi dalam waktu 2 minggu. ”Saya tantang kalian buat 5 lubang biopori lagi lengkap harus sudah diisi penuh dengan sampah organik semuanya. Kalau kalian yang menang akan mendapatkan hadiah dari kami,” ujar Zamroni. Tantangan tersebut membuat motivasi mereka meledak dan menyanggupi tantangan tersebut. (ryan)