Pengomposan dan Water Monitoring di SMAN 4
Surabaya- Air menjadi isu lingkungan yang dibahas Tunas Hijau dalam pembinaan lingkungan di SMAN 4, Kamis (17/1). Bukan tanpa alasan, hal ini menindaklanjuti materi muatan lokal pendidikan lingkungan hidup (PLH) sekolah yang berada di Jalan Dr. Moestopo ini.
Seperti yang disampaikan oleh Muhammad Nasir bahwa pada semester ini, siswa kelas 10 mendapatkan materi tentang air dalam pelajaran PLH. ”Namun sayangnya, kami tidak pernah diajak untuk praktek lapangan tentang materi tersebut. Padahal kami ingin ada praktek lapangan untuk mendukung teori yang kami dapat,” ujar Nasir, siswa kelas 10, kepada Tunas Hijau.
Melihat antusiasme 60 siswa perwakilan kelas X-6 dan X-7 ini, aktivis Tunas Hijau Anggriyan Permana mengajak mereka untuk menguji kualitas air saluran sekitar sekolah. Water monitoring menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka, pasalnya mereka belum pernah melihat alat uji yang seperti ini.
”Saya senang sekali bisa mendapat kesempatan untuk menggunakan alat uji ini. Apalagi praktek uji kualitas air ini akan sangat membantu saya dalam memahami materi tentang kualitas saluran air ini,” ujar Afif Abdilllah, siswa kelas X-4. Dengan dibagi menjadi dua kelompok, mereka diberi kesempatan untuk melakukan 3 kali percobaan di sumber air yang ada di sekolah.
Sebelum praktek, Anggriyan Permana menjelaskan tata cara penggunaan alat tersebut. Disampaikan oleh Anggriyan bahwa dalam tabung besar tersebut terdapat dua tabung yang berukuran panjang dan kecil. Tabung yang panjang itu digunakan untuk mengukur pH atau tingkat keasaman air.
“Tabung kecil digunakan untuk mengukur kandungan oksigen di dalam air, sedangkan tabung yang besar digunakan untuk mengukur kekeruhan air dan suhunya,” terang Anggriyan sambil menunjukkan tabung besar ke arah mereka. Sumber air yang digunakan sebagai obyek percobaan adalah air kolam sekolah, baik yang ada di depan maupun didekat masjid.
Afif Abdillah dan teman-temannya pun bergegas mengambil contoh air yang ada di kolam dekat masjid. Satu persatu tabung diteliti dan hasilnya dicatat. ”Ternyata saya baru mengetahui kalau pH air di kolam ini adalah 8, sedangkan kandungan oksigennya adalah 4 ppm,” jelas Afif Abdillah. Setelah selesai melakukan percobaan, hasil antar kelompok dibandingkan. Hasilnya adalah kedua kolam tersebut memiliki pH dan kandungan oksigen yang sama.
Selain itu, perawatan setiap hari mereka lakukan terhadap tanaman sayur yang merupakan program lingkungan terbaru dari sekolah. ”Tanaman sayuran seperti kangkung ini merupakan program baru sekolah, dan setiap hari kami bertugas untuk menyiram,” imbuh Afif Abdillah.
Lebih lanjut, program pengomposan yang sudah sejak lama menjadi rutinitas merekapun turut disambangi oleh Tunas Hijau. Melihat kondisi keranjang komposter yang kering, Anggriyan meminta Putri Rizky untuk memberi percikan air agar bisa melembabkan starter pada keranjang pengomposan tersebut. “Harusnya kalau kalian setiap hari mengelola keranjang komposter ini, dengan diisi sisa makanan setiap hari satu minggu lagi kalian bisa memanen komposter ini,” ujar Anggriyan menutup pembinaan siang itu. (ryan)