SMPN 6 Efektifkan Detektif Lingkungan
Surabaya- Sekolah bebas sampah plastik menjadi target dalam menciptakan sekolah yang ramah lingkungan di SMPN 6. Hal tersebut disampaikan oleh Syach Iskandar, ketua kader lingkungan SMPN 6, kepada Tunas Hijau saat pembinaan lingkungan hidup di sekolahnya, SMP Negeri 6, Kamis (17/1). Berbagai upaya telah dilakukan kader lingkungan untuk merealisasikan target itu.
Diantaranya dengan mensosialisasikan kepada setiap kelas untuk tidak menggunakan pembungkus makanan berbahan plastik. “Hal ini juga dibantu dengan program sekolah yang menyediakan jasa katering makanan untuk siswa setiap harinya. Dengan program tersebut, secara perlahan sampah plastik di sekolah mulai berkurang, sedikit demi sedikit,” ujar Syach Iskandar.
Upaya lain yang dilakukan oleh kader lingkungan sekolah yang berada di Jalan Jawa ini adalah membentuk detektif sampah. Dalam program ini masing-masing kader lingkungan yang berasal dari perwakilan kelas bertugas mengawasi siswa di kelasnya terkait sampah. Detektif lingkungan akan mencatat dan melaporkan kepada guru lingkungan.
“Apabila detektif lingkungan melihat teman sekelasnya membuang sampah sembarangan dan membawa sampah plastik ke sekolah, maka akan dicatat dan dilaporkan kepada guru lingkungan,” ujar Syach Iskandar. Sayangnya, program lingkungan yang sudah dijalankan oleh kader lingkungan ini tidak sekuat yang direncanakan. Masih dapat ditemui sampah plastik yang ada di tempat sampah di luar kelas.
Untuk membuktikan evaluasi yang disampaikan Tunas Hijau, mereka diajak mereka untuk menggelar operasi sampah plastik. Disampaikan oleh Anggriyan, aktivis Tunas Hijau, bahwa sampah plastik yang akan dicari harus difokuskan supaya tidak semua sampah diambil. ”Lebih baik, operasi sampah plastik hari ini difokuskan hanya pada sampah plastik yang paling banyak di sekolah kalian,” ujar Anggriyan.
Menyahuti ucapan aktivis Tunas Hijau ini, Dhyra Femina, siswa kelas 8F, menyebutkan kalau sedotan, mika dan plastik es atau bungkus jajanan yang paling banyak di sekolah. ”Kita siapkan 4 tempat sampah sebagai wadah dari sampah sedotan plastik, mika dan plastik es,” ujar Dhyra Femina kepada teman-temannya.
Dengan segera 40 orang siswa kader lingkungan ini berpencar membentuk 3 kelompok sesuai dengan jumlah sampah yang dicari. Satu persatu tempat sampah yang ada di depan kelas menjadi jujukan mereka dalam operasi sampah plastik. Sedotan, mika dan plastik es berhasil dikumpulkan. Tidak ada rasa jijik sedikitpun dari raut muka mereka ketika mengambil sampah di tempat sampah. “Satu persatu mulai dari lantai satu sampai lantai tiga sudah kami ambil semua sesuai dengan fokus operasi sampah plastik hari ini,” ucap Dhyra kepada Tunas Hijau.
Beberapa temuan menarik segera ditindaklanjuti oleh kader lingkungan. Contohnya adalah masih ada sisa makanan yang berada di dalam mika, masih ada sisa jajanan yang diselipkan ke dalam plastik es. Dengan sigap, Ilham Adi dan Rahmat Agung mengambil keranjang komposter untuk dibuat kompos sisa makanan tersebut.
Menurut Rully, guru pembina lingkungan, temuan siswa terkait operasi sampah plastik akan disosialisasikan kepada siswa saat upacara bendera. ”Kami juga akan memberi teguran kepada pengelola kantin sekolah, dan meminta mereka untuk tidak menyediakan sedotan lagiyang hanya digunakan sebentar,” ujar Rully. (ryan)