Ular Tangga Lingkungan Hadir di Car Free Day Malang
Malang- Ada yang berbeda dari pelaksanaan Car Free Day di Jalan Ijen Malang, Minggu (27/1). Benar saja, kehadiran ular tangga berukuran bertema lingkungan berukuran 6 x 6 meter ini menjadi jujukan warga Malang. Ular tangga ini menjadi pembeda kegiatan Car Free Day karena menjadi petama kalinya hadir dalam kegiatan tersebut.
Tunas Hijau bersama Paguyuban Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup Malang tahun 2008 ini mengajak warga Malang yang terlibat dalam kegiatan tersebut untuk lebih peduli lingkungan. Disampaikan oleh Anggriyan Permana, aktivis Tunas Hijau, bahwa ular tangga lingkungan berukuran besar ini hanya merupakan alat sosialisasi lingkungan kepada warga Malang. ”Kami ingin mengajak warga Malang khususnya anak-anak untuk lebih peduli lingkungan,” ujar Anggriyan.
Ajakan peduli lingkungan ini disosialisasikan Tunas Hijau dan Pangeran Putri LH melalui pesan-pesan lingkungan yang terdapat pada setiap kotak di dalam ular tangga tersebut. Tidak hanya bermain ular tangga, anak-anak kecil nantinya diminta untuk membaca setiap pesan-pesan lingkungan yang sudah tertulis di dalam setiap kotaknya.
Mumtaza Noor Ashila, Runner up Puteri Lingkungan Hidup 2008 Malang Raya, menegaskan mengajak anak-anak untuk peduli lingkungan itu tidak mudah, maka dari itu perlu pendekatan ekstra. “Salah satu cara untuk mengajak mereka ya dengan mengajak mereka bermain, karena pada dasarnya anak kecil suka bermain,” tutur Taza sapaan akrab Mumtaza, siswa SMAN 3 Malang.
Selama bermain ular tangga lingkungan ini, beberapa anak kecil merasa permainan ular tangga ini tidak segampang yang biasa mereka mainkan. Seperti yang disampaikan oleh Ade Bayu Candra, yang menyatakan ular tangga raksasa ini sulit untuk dimainkan karena di dalam ular tangga ini, banyak terdapat tantangan dan kuis lingkungan.
”Tidak hanya itu, ukurannya yang raksasa membuat ular tangga ini menjadi pengalaman yang pertama memainkan ular tangga ini. Uniknya lagi, ular tangga ini menggunakan tubuh orang itu sendiri sebagai bidaknya,” ujar ade Bayu, siswa salah satu Sekolah Dasar Negeri di Malang ini. Dalam bermain ular tangga ini, stiker lingkungan dan kertas lipat origami dari Jepang menjadi hadiah hadiah bagi mereka.
Tidak cukup hanya bermain sekali saja, beberapa anak bahkan bermain sampai tiga kali. Momentum sekali setiap minggunya menjadi kesempatan yang tidak ingin mereka sia-siakan. Terlebih mereka bermain menggunakan tubuh mereka sendiri sebagai bidaknya.
Dalam permainan ular tangga ini, mereka diajak untuk belajar mengetahui dampak dari perubahan iklim, perilaku ramah lingkungan di sekolah dan di rumah serta belajar mengetahui penyebab terjadinya pemansan global. Seperti yang disampaikan Naufal Okta Wicaksana menjawab tantangan lingkungan tentang dampak dari perubahan iklim. ”Dampak perubahan iklim ya terjadinya kemarau yang panjang meskipun sudah waktunya musim hujan,” ujar Naufal kepada Tunas Hijau. (ryan)