Urban Farming dan Pembuatan Lubang Resapan Biopori di SMPN 9

Surabaya- Fakta lingkungan terbaru tentang “Beku di Utara dan Leleh di Selatan” disampaikan Tunas Hijau dalam pembinaan lingkungan hidup kepada 60 siswa SMPN 9, Senin (21/1).  Sontak fakta lingkungan tersebut membuat mereka kaget, karena mereka tidak pernah mengetahui berita tersebut. 

Siswa SMPN 9 Surabaya peserta pembinaan lingkungan hidup bersama Tunas Hijau kampanye di depan penjual kantin sekolah

”Saya tidak tahu kalau ternyata kutub-kutub bumi sekarang mempunyai perbedaan gejala. Dimana di kutub utara membeku, sedangkan di kutub selatan mencair,” ucap Fahrizal Vito, siswa kelas  8C. Dijelaskan oleh Anggriyan, aktivis Tunas Hijau yang memandu pembinaan ini, bahwa berbedanya gejala di kedua kutub tersebut disebabkan karena adanya perubahan iklim. “Pemanasan global membuat sedikit demi sedikit pergeseran iklim seperti yang terjadi pada kliping koran itu,” terang Anggriyan.

Dalam pembinaan ini, Anggriyan mengajak mereka untuk memikirkan upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah semakin buruknya perubahan iklim. ”Salah satu yang bisa dilakukan adalah memulainya dari sekolah, dengan melakukan tindakan kecil bagi lingkungan. Misalnya memilah sampah dan menghemat energi listrik,” ujar Anggriyan.

Praktek pembuatan lubang resapan biopori

Dibagi menjadi beberapa kelompok, mereka mendiskusikan tindakan yang bisa dilakukan di sekolah. Seperti yang disampaikan oleh Achmad Gautsar, siswa SMPN 9, bahwa tindakan kecil yang bisa dilakukan contohnya adalah menanam tanaman produktif seperti terong, tomat dan cabai. Tidak menggunakan barang sekali pakai dan membuat lubang resapan biopori,” ucap Achmad Gautsar kepada Tunas Hijau.

Tindakan nyata yang sebelumnya didiskusikan pun segera dilakukan oleh siswa sekolah yang berada di Jalan Taman Putro Agung Surabaya ini. 60 siswa ini kemudian diajak untuk merealisasikan ketiga rencana tersebut. Pembuatan lubang biopori, pembibitan tomat dan sosialisasi pengurangan sampah plastik di kantin sekolah.

Dalam pembuatan lubang resapan biopori, mereka harus melepas beberapa paving untuk membuat biopori. ”Kami baru pertama kali membuat lubang biopori ini, ternyata lubang biopori tersebut harus diisi dengan sampah organik,” ujar Achmad Gautsar. Sebanyak 10 lubang biopori menjadi target lubang biopori yang harus mereka buat dan diisi juga dengan sampah organik.

Pada pembibitan tomat, pot yang tidak terpakai mereka manfaatkan menjadi tempat menyemai bibit tanaman itu. Ruwinda Permatasari, siswa SMPN 9, menginginkan adanya tanaman produktif seperti tomat yang hasilnya bisa dimanfaatkan oleh warga sekolah. ”Kalau di sekolah banyak tanaman produktif seperti tomat, terong dan cabai pasti seru. Apalagi kalau panen, warga sekolah pasti berebut untuk memanennya,” ujar Ruwinda siswa kelas 9A.

Siswa SMPN 9 Surabaya peserta pembinaan lingkungan hidup melakukan pembibitan tanaman tomat

Lebih lanjut, Anggriyan memberi saran agar lebih ekstra dalam perawatan tanaman tersebut karena tanaman tersebut sangat manja. “Satu sampai dua hari saja tidak disiram akan mati,” kata Anggriyan. Sementara itu, sosialisasi kepada penjual kantin sekolah dimaksudkan untuk mengajak mereka menghimbau siswa agar membuang sampah pada tempatnya. Selain itu, mereka juga meminta penjual kantin untuk mengurangi pembungkus makanan dari plastik. (ryan)