Workshop Lingkungan Hidup SMPN 27
Surabaya- SMP Negeri 27 menyelenggarakan workshop lingkungan hidup bersama Tunas Hijau, Jumat (25/1) di sekolah mereka. 60 siswa dan 10 guru ikut serta workshop ini. Menurut Masruroh Ningsih, kepala SMPN 27, tujuan dari diadakannya workshop tersebut adalah untuk mempersiapkan SMPN 27 menjadi sekolah ramah lingkungan hidup.
Dalam sambutannya, Masruroh menyampaikan bahwa program ramah lingkungan hidup sudah dilaksanakan di sekolahnya. “Permasalahan dan kendala yang muncul adalah program ramah lingkungan yang ada di sekolah masih belum berkelanjutan dikarenakan pergantian kepala sekolah di SMPN 27 yang sering terjadi,” kata Masruroh Ningsih.
Masruroh menambahkan bahwa saat ini di SMPN 27 telah menerapkan program Pusa5, yaitu pungut sampah lima menit yang wajib dilakukan oleh siswa dan guru di sekolah setiap hari menjelang pelajaran berlangsung.
Sebelum workshop dimulai para siswa diajak melakukan pemungutan dan pemilahan sampah yang tidak berada di tempatnya, di sekolah mereka. Sampah yang dihasilkan pun cukup beragam mulai dari daun, kertas, gelas dan botol plastik, serta plastik pembungkus makanan. Sampah non-organik yang dikumpulkan pun dapat menghasilkan nilai ekonomi bagi pihak sekolah. “Hasil pemilahan sampah Desember kemaren sempat dijual dan menghasilkan uang Rp. 175.000,-“, kata Dwi Vita, siswa peserta workshop dari kelas 8G.
Materi yang diberikan dalam workshop tersebut disampaikan oleh aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni. Dalam materi tersebut disampaikan mengenai akibat-akibat dari kerusakan lingkungan yang telah terjadi di dunia secara global dan di sekitar. Zamroni juga menyampaikan kiat-kiat mengatasi berbagai permasalahan lingkungan hidup yang terjadi.
“Hal yang paling mudah untuk melakukan daur ulang sampah selain untuk dibuat kerajinan adalah dengan memilahnya dan menjual kepada pengepul. Dari pengepul, nantinya sampah akan mereka jual ke pabrik dan untuk didaur ulang menjadi barang baru secara industri,” ujar Mochamad Zamroni dalam penyampaian materinya.
Selain pemberian materi, peserta juga diberi tantangan untuk mempresentasikan mengenai masalah lingkungan di sekolah mereka dan bagaimana solusi untuk mengurangi masalah tersebut. Peserta yang berani maju dan mempresentasikan mendapatkan hadiah berupa stiker dari Tunas Hijau.
Menurut para siswa, masalah yang paling utama masih dijumpai di sekolah mereka adalah kebiasaan siswa membuang sampah sembarangan. “Lahan di sekolah kami cukup luas. Namun masih banyak siswayang membuang sampah sembarangan,” ujar Bilqis Nur Mustofa, siswa kelas 8E, anggota kelompok 7. Hal sama juga disampaikan oleh Musliatin, siswa kelas 8E. “Siswa yang habis membeli makanan dan minuman jarang yang membuang sampah pada tempatnya,” ujar Musliatin.
Solusi yang diberikan oleh siswa dari masalah dari beragam masalah yang ada di sekolah juga beragam. “Setiap siswa sebaiknya diminta membawa bekal makanan dan minuman dengan wadah sendiri dari rumah untuk mengurangi jumlah sampah pembungkus makanan dan minuman yang dihasilkan,” tukas Restining Arofah.
Sedangkan Faridhatul M.W., siswa kelas 7F, anggota kelompok 4, mengusulkan agar bekas air wudhu bisa digunakan untuk menyiram tanaman agar air tidak terbuang percuma. Maklum, saat kemarau, sekolah ini sering tergenangi air hujan. Saat hujan, banyak pepohonan yang meranggas.
Kegiatan ini kemudian ditutup dengan pemilihan siswa peserta workshop terbaik. Akhirnya tiga siswa pun terpilih menjadi peserta terbaik. Mereka adalah Bilqis Nur Mustofa, Musliatin, dan Dwi Vita. Ketiganya pun berhak menerima hadiah berupa mug dan sebuah buku notes daur ulang dari Tunas Hijau. (reza/ron)