Menjadi Tuan Rumah, SMPN 28 Tularkan Pengomposan dan Biopori Kepada Sekolah-Sekolah sekitar.

SURABAYA- Banyaknya sarana pendidikan lingkungan yang dimiiki SMPN 28, menjadikan sekolah yang berada di daerah Lidah Wetan ini jujukan sekolah-sekolah lain di sekitarnya. Fakta tersebut disajikan kepada Tunas Hijau saat menggelar pembinaan lingkungan hidup di SMPN 28 sebagai tuan rumahnya, Selasa (26/02).

Fakta lainnya adalah sebagian besar dari sekolah-sekolah yang hadir dalam pembinaan lingkungan tersebut tertarik dengan materi pengomposan yang diberikan oleh kader lingkungan sekolah jawara Surabaya Eco School 2012 ini.Sebagian besar sekolah yang hadir dalam pembinaan tersebut mengaku sudah mempunyai program pengomposan dan penghematan energi maupun air, tetapi program tersebut berjalan tanpa ada hasil terukurnya.

salah satu perwakilan siswa dari sekolah-sekolah sekitar SMPN 28, sedang mencoba membuat lubang resapan biopori. Tampak salah seorang siswa SMA menjelaskan kepada siswa SD tentang cara membuat biopori

Seperti yang disampaikan Anggriyan, aktivis Tunas Hijau, bahwa untuk membuat pupuk kompos itu mudah sekali. “Yang sulit adalah saat setelah selesai memulai pengomposan, perawatan komposter tersebut butuh kedisiplinan waktu, karena harus diisi dengan sisa makanan dan diaduk setiap hari,” ujar Anggriyan.

Dalam pembinaan yang diikuti oleh sedikitnya 50 orang siswa perwakilan dari sekolah-sekolah sekitar SMPN 28 ini, kondisi lingkungan yang kekeringan kurangnya air bersih menjadi materi pembinaan siang itu. Tunas Hijau mengajak mereka untuk menemukan cara menghemat penggunaan air maupun energi.

Anggriyan, aktivis Tunas Hijau menunjukkan kepada peserta pembinaan tentang cara perkembang biakan jamur .

Seperti disampaikan Qurotul Ayun’ Dara, siswa SMA Shafta, bahwa salah satu upaya untuk menghemat air adalah dengan membuat lubang resapan biopori di sekolah. “Dengan membuat biopori sebanyak mungkin, berarti kita bisa menyimpan cadangan air bersih didalam tanah, selain itu untuk pengomposan sampah organik juga,” tutur Quratul Ayun’ siswa kelas 11 ini.

lebih lanjut Ayun sapaan akrabnya penghematan energi bisa dilakukan dengan menggerakkan siswa di dalam kelas untuk setiap istirahat berada diluar kelas. “Melalui gerakan seperti itu, paling tidak mereka bisa berpartisipasi dalam penghematan energi di sekolah,” tambah Anggriyan.

Antusiasme 50 orang siswa perwakilan dari masing-masing sekolah sekitar pun semakin tinggi untuk langsung praktek, Anggriyan pun dengan berbekal satu alat bor biopori mengajak mereka untuk membuat lubang biopori di dekat taman sekolah. “Dengan membuat lubang biopori, berarti secara tidak langsung kalian akan menyimpan cadangan air hujan didalam tanah, tidak terbuang sia-sia,” ucap Anggriyan.

Seperti ada tantangan baru, Decky Salsa, siswa SDN Beringin, ini bersama kedua temannya ini membuat satu lubang resapan biopori. “Saya kepingin membuat banyak lubang resapan biopori di sekolah, agar kalau hujan datang, sekolahan tidak banjir,” ucap Decky Salsa  siswa kelas 11.

Nada serupa juga disampaikan Yolanda Novita, yang menginginkan lubang biopori tersebut. “Saya senang sekali apabila bisa membuat biopori di sekolah,” ujar Yolanda Novita. Sarana pendidikan lingkungan yang dimilik oleh sekolah ini benar-benar dimanfaatkan dengan optimal, selesai biopori, mereka antusias sekali dengan rumah jamur yang sudah mulai tumbuh.  (ryan)