Setelah Es Krim Jamur, SMPN 28 Rencanakan Es Krim Lidah Buaya
Surabaya- SMPN 28 tidak hanya mengandalkan olahan jamur saja untuk mewujudkan wirausaha lingkungan hidup. Namun, banyak potensi lingkungan sekolah yang bisa dikembangkan. Diantaranya adalah tanaman aloevera atau lidah buaya. Tanaman yang sebelumnya diolah menjadi makanan nata de aloe ini akan dikembangkan menjadi es krim lidah buaya.

Hal tersebut disampaikan oleh Devan Cakra, salah seorang kader lingkungan kepada Tunas Hijau saat menggelar pembinaan lingkungan hidup bertemakan eco-preneur di sekolah, Sabtu (16/2). ”Kami sudah berencana untuk mengembangkan tanaman lidah buaya untuk diolah menjadi es krim lidah buaya. Sampai sekarang kami masih mencoba-coba komposisi yang pas supaya enak dinikmati,” ujar Devan Cakra, siswa kelas 7B.
Banyaknya lubang bioporipun menjadi potensi lain yang bisa dikembangkan oleh kader lingkungan. Tunas Hijau mengajak mereka untuk melakukan pengecekan lubang biopori yang ada di taman mereka. Disampaikan oleh Anggriyan, aktivis Tunas Hijau, bahwa sebagian besar lubang biopori ini sudah terurai sampah organiknya. “Perlu ditambah lagi sampah organiknya. Ayo sekarang kalian isi lubang resapan yang masih belum terisi penuh,” tantang Anggriyan.
Dengan memanfaatkan rumput yang sebelumnya ditumpuk saja oleh penjaga sekolah. Satu persatu lubang resapan biopori mereka isi. Eric Firmansyah, siswa kelas 7, menyatakan bahwa sebelumnya dirinya tidak mengetahui manfaat dari lubang biopori ini. “Yang saya tahu biopori bisa dijadikan kompos. Saya baru tahu kalau kompos dari biopori ini bisa laku kalau di jual,” terang Eric Firmansyah. Tidak hanya biopori, tong aerob pun tidak luput dari perhatian mereka untuk dikelola menjadi pupuk kompos.
Dalam pembinaan ini, Tunas Hijau mengajak kader lingkungan untuk memikirkan ide bisnis lingkungan untuk mengembangkan potensi lingkungan sekolah mereka. Beberapa ide bisnis lingkungan atau eco–preneur yang muncul diantaranya dengan mengembangkan olahan produk yang berasal dari lidah buaya, yaitu nata de aloe menjadi es krim lidah buaya.
Seperti yang disampaikan Eldin Fijanapriya, siswa kelas 7 bahwa kader lingkungan akan mengembangkan olahan lidah buaya menjadi produk es krim lidah buaya. “Dengan es krim lidah buaya ini, kami berharap akan bisa setenar es krim jamur,” ujar Eldin Fijanapriya.
Sedangkan, ide bisnis lingkungan atau eco–preneur lainnya adalah kader lingkungan ingin mengadakan bazar buku bekas, komik dan buku bacaan lainnya. “Kami hanya ingin memanfaatkan buku bekas milik kami sewaktu kecil dulu supaya bermanfaat, jadi tidak sampai dibuang,” ucap Devan Cakra, siswa kelas 7.
Sementara itu, kulit telur sisa aktivitas di kantin sekolah membuat kader lingkungan ini berencana untuk memanfaatkannya menjadi bahan kerajinan tangan. “Kami berencana untuk memanfaatkan kulit telur menjadi bahan kerajinan tangan. Sebagai bahan pengganti cat karena kulit telurnya akan kami cacah menjadi kecil, lalu akan kami tempel ke dalam lukisan lingkungan yang sudah kami buat,” ujar Eric Firmansyah, siswa kelas 7 ini kepada Tunas Hijau. (ryan)