Tanam Pohon, Daur Ulang Sampah Kertas dan Biopori Bersama Kelas 5 SD Ciputra

Surabaya- Peduli lingkungan harus dilakukan sejak usia dini. Hal ini yang dilakukan oleh SD Ciputra. Sejak kecil siswa dikenalkan bagaimana menjaga lingkungan. Dimulai dari sekolah, siswa diharapkan dapat lebih peduli terhadap lingkungan. Selama ini siswa mendapat pendidikan secara teoritis, dan hari ini siswa diajak untuk implementasi langsung di halaman sekolah. 

Siswa kelas 5 SD Ciputra Surabaya mempraktekkan cara pembuatan lubang resapan biopori di sekolah

Almira Tantri, guru kelas 5 SD Ciputra, kepada Tunas Hijau saat aksi peduli lingkungan hidup di sekolahnya, Rabu (13/02), menyampaikan bahwa anak-anak tampak antusian melakukan aksi peduli lingkungan hidup ini. ”Bagi mereka, belajar lingkungan merupakan hal yang tidak selalu mereka dapatkan di sekolah maupun di rumah,” ujar Tantri.

“Hari ini kita akan ngapain aja?” tanya Howard Kang, siswa kelas 5, kepada Tunas Hijau.  Rasa keingintahuan yang tinggi membuat siswa ini tidak sabar untuk segera melakukan aksi nyata. Ada tiga aksi peduli lingkungan hidup yang telah disiapkan oleh Tunas Hijau dalam pembinaan kali ini. Yaitu pembuatan lubang resapan  biopori, daur ulang sampah kertas dan simulasi penanaman pohon di halaman sekolah.

Dalam ketiga aksi peduli ini, 67 orang siswa kelas 5 ini dibagi menjadi tiga kelompok. “Nantinya setiap kelompok akan mendapatkan giliran untuk belajar lingkungan pada setiap materi pembelajarannya,” ujar Tantri.

Siswa SD Ciputra kelas 5 mempraktekkan cara penanaman pohon di sekolah mereka

Menariknya, dalam sesi pengeboran lubang resapan biopori ini, sisampaikan oleh Michelle Kartika ini seperti lubang yang sekarang sedang dibuat oleh warga Jakarta ya. Supaya tidak banjir itu,” ujar Michelle Kartika. Michelle mengetahui informasi mengenai lubang biopori ini dari berita yang ditonton di televisi, sehingga ketika diajak untuk membuat lubang dia sangat antusias sekali.

Hal yang sama juga terjadi pada kelompok pengolahan sampah kertas menjadi lembaran kertas baru lagi. “Saya akhirnya tahu fungsinya alat ini adalah untuk menangkap air hujan ke dalam tanah dan mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos,” imbuh Michelle, siswa kelas 5B ini.

Pada sesi simulasi penanaman pohon di sekolah, Tunas Hijau menyampaikan bahwa langkah pertama untuk menanam adalah membuat lubang tanam terlebih dulu. Kedalaman lubang tanam yang dibuat harus lebih dalam daripada maka  tinggi polibag. “Pastikan polibagnya tidak ikut ditanam. Saat membuka polibag tanaman, pastikan juga tanahnya tidak ikut terlepas,” terang aktivis Tunas Hijau Purbo Sari.

Pada sesi pengolahan sampah kertas menjadi lembaran kertas baru, mereka tidak kalah antusiasnya. Seakan mendapat mainan baru, mereka kemudian secara bergantian mencoba membuat kertas daur ulang yang sebelumnya sudah menjadi bubur kertas. ”Wah, ternyata kertas bekas bisa dijadikan kertas baru lagi dengan cara sederhana. Seru rasanya bisa membuat kertas daur ulang. Saya akan sosialisasikan kepada teman-teman,” ujar Howard Kang, siswa kelas 5. (ryan/ron)