Workshop Lingkungan Hidup di SMPN 36 dengan Libatkan Sekolah Sekitar
Surabaya- Sekitar 50 siswa dan guru dari beberapa sekolah di daerah Jambangan Surabaya mengikuti workshop lingkungan hidup yang diselenggarakan di SMP Negeri 36 oleh Badan Lingkungan Hidup Surabaya. Tunas Hijau menjadi narasumber pada workshop yang dihadiri oleh perwakilan SDN Pagesangan, SD Darul Ulum, SDN Kebonsari I, SDN Kebonsari II, SDN Kebonsari III, SDN Karah I, dan SDN Karah III sebagai peserta ini.
Dalam sambutannya, Kepala SMP Negeri 36 Surabaya Tri Wahjuni mengungkapkan, workshop ini diharapkan ditindaklanjuti dan dipraktekkan dengan baik oleh masing-masing peserta di sekolah masing-masing. “Jadi nanti ilmu yang kalian dapat tidak hanya dimiliki oleh kalian sendiri, namun bisa disebarkan kepada teman kalian di sekolah sehingga lingkungan akan semakin bersih,” ujar Tri Wahjuni.
Tri Wahyuni menjelaskan bahwa pada saat dia mulai menjadi kepala SMPN 36 pada 2010 silam, sekolah tersebut memiliki sampah yang menumpuk dan dapat dikatakan tidak wajar. “Akhirnya saya mulai membentuk sekolah yang sadar lingkungan dengan mulai mengurangi sampah dengan cara bekerjasama dengan pihak kantin sekolah untuk tidak menggunakan pembungkus plastik dalam menjual makanan ataupun minuman,” tutur Tri Wahjuni menambahkan.
Sedangkan aktivis senior Tunas Hijau Bram Azzaino menjelaskan mengenai bahaya sampah dan pemanasan global serta menjaga keanekaragaman hayati. Siswa–siswa nampak antusias mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh Tunas Hijau.
“Ini adalah akibat dari pemanasan global yang saat ini terjadi, misalnya disini ada gambar mengenai perbedaan suhu yang sangat ekstrim di kutub selatan dan kutub utara dan juga ini adalah gambar mengenai semakin banyaknya es yang mencair di kutub. Hal ini membuktikan pemanasan global sudah memberikan dampak yang buruk pada lingkungan,” ujar Bram Azzaino.
Tunas Hijau juga menjelaskan mengenai pentingnya menjaga keanekaragaman hayati. “Jika salah satu dari teman–teman di sini merusak lingkungan, nantinya dampak dari perusakan itu juga akan mempengaruhi makhluk hidup di sekitarnya. Misalnya kalian merusak hutan maka makhluk hidup di hutan nantinya mungkin akan punah karena tidak ada habitat alami mereka,” tukas Bram.
Selain penyuluhan, Tunas Hijau juga memberikan tantangan kepada peserta workshop. “Disini ada 4 elemen alam air, udara, tanah dan hutan. Nah, misalnya ada yang rusak salah satu apakah ada yang bisa menjelaskan kerusakan yang nantinya akan terjadi pada semua elemen tersebut?” tanya Bram.
Menurut Rijal Atho’illah, siswa kelas 4 SDN Karah III Surabaya, jika elemen air tercemar, maka akan mempengaruhi tanah. “Jika tanah sudah rusak, maka tanaman pun tidak ada yang bisa tumbuh. Jika tumbuhan sudah rusak, maka udara bersih akan sulit ditemui karena tanaman tidak dapat menghasilkan oksigen,” kata Rijal Atho’illah.
Sedangkan menurut Moch. Putra Afanda, siswa SMPN 36, saat ini masyarakat banyak yang melakukan pembakaran hutan untuk lahan pertanian atau tempat tinggal. Jika pohon dibakar maka otomatis akan mempengaruhi kualitas tanah dan asapnya juga dapat mencemari udara. “Jika pohon sudah tidak ada, otomatis penyerapan air oleh tanah akan berkurang sehingga akan menyebabkan banjir,” tukas Fanda sapaan akrabnya.
Tunas Hijau pun menutup workshop tersebut dengan mendengarkan presentasi dari masing–masing sekolah mengenai apa saja masalah atau peningkatan pelestarian lingkungan di sekolah mereka. Sebagian besar dari sekolah tersebut menjelaskan bahwa sekolah mereka memiliki kegiatan pelestarian lingkungan yang baik.
Misalnya yang dijelaskan oleh siswa SDN Kebonsari II, yang mengaku sekolahnya enak, dingin dan sejuk.”Di sekolah saya banyak tanamannya, Kak,” ujar salah satu siswa SDN Kebonsari II. Sementara itu tantangan utama dalam pelestarian lingkungan yang sering terjadi adalah untuk mengurangi jumlah sampah di sekolah. (reza)