Ajak Pesantren Shobrul Ma’arif Kenali Isu Lingkungan Hidup

SURABAYA- Pesantren Shobrul Ma’arif Surabaya hanya mempunyai 8 santri yang terdiri dari 2 santri putri dan 6 santri putra. Kedelapan santri tersebut berusia 14-21 tahun. Santri yang paling lama telah mondok sekitar 9 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan formal setingkat Madrasah Aliyah (SMA), santri tersebut mengababdi untuk keluarga ndalem

Permainan ular tangga lingkungan menjadi salah satu media penyampai pesan peduli lingkungan yang diusung Tunas Hijau saat menggelar pembinaan Eco Pesantren di Pesantren Shobrul Ma'arif, Senin (18/03)
Permainan ular tangga lingkungan menjadi salah satu media penyampai pesan peduli lingkungan yang diusung Tunas Hijau saat menggelar pembinaan Eco Pesantren di Pesantren Shobrul Ma’arif, Senin (18/03)

Walau kebanyakan santri berasal dari daerah sekitar Tandes seperti Greges, Bringin dan Tambak Asri, namun ada pula yang berasal dari Gresik. Pesantren ini juga mempunyai sekolah untuk jenjang Tsanawiyah dan Aliyah. Untuk uang bulanan sebesar 300 ribu. Di wilayah pesantren dan sekolah ini ada 13 tempat sampah. Namun belum ada program pemilahan sampah.

Letak pesantren putra bersebrangan dengan pesantren putri yang jadi satu dengan keluarga ndalem. Ketika melakukan pembinaan lingkungan hidup, Senin (18/3), di lorong pesantren, Tunas Hijau menemukan ada 3 sarang burung sriti. Keberadaan burung tersebut sudah lama dan tidak ada seorang pun yang berniat mengundang atau mengusir burung bersayap hitam tersebut. Di depan kelas Tsanawwiyah, terdapat mushola untuk keperluan sholat dan mengaji para santri yang biasa dilakukan bada ashar hingga malam.

Untuk semakin memperkaya wawasan, Tunas Hijau mengajak berdiskusi mengenai permasalahan lingkungan yang saat ini dihadapi oleh bumi. Acara diskusi tersebut berlangsung setelah Tunas Hijau memperlihatkan tayangan video permasalahan lingkungan. Para santri mengaku bahwa selama ini mereka tidak tahu kalau bumi sedang menghadapi berbagai masalah seperti pemanasan global, perubahan iklim dan gagal panen. Maklum, pesantren yang letaknya dekat dengan SMP 26 ini tidak pernah banjir walau diterpa hujan lebat. Pesantren ini juga bahkan mempunyai ayam jago sebagai binatang peliharaan.

“Dulu pernah ada bank sampah. Ya gitu, jual kerdus dan gelas bekas. Di sini juga ada tanaman pepaya, srikaya, pandan dan kamboja. Di rumah Ummi (ibu pengasuh pesantren) yang agak jauh dari sini juga bahkan tanahnya luas,“ terang Desi yang masih duduk di bangku Madrasah Tsnawiyah kelas 1.

Untuk lebih memperdalam pengetahuan, para santri diajak untuk bermain ular tangga peduli lingkungan hidup. Kemudian, mereka juga melakukan pemilahan sampah sebagai salah satu upaya menerapkan ilmu yang telah dipelajari hari ini. Pesantren ini tidak mempunyai sumur sehingga menggunakan air PDAM untuk keperluan mencuci pakaian. (ella)