Bersama PonPes Nurul Khoir Pahami Permasalahan Lingkungan Hidup
SURABAYA- Agung, santri Pondok Pesantren Nurul Khoir Surabaya, tampak serius memperhatikan tayangan tentang permasalaan lingkungan yang diperlihatkan oleh Tunas Hijau saat pembinaan program Eco Pesantren, Selasa sore (19/3). Bersama santri putra yang lainnya, mereka memperhatikan dengan penuh rasa penasaran.
Walaupun paling tua di antara yang lainnya, namun santri yang sudah mondok sejak SD tersebut tidak canggung bergaul dengan adik-adik pondok yang lain. “Heh, isok koyok ngene koen bumine saiki. Onok sing kepanasan, malah onok pisan sing kebanjiran (Bisa seperti ini ternyata bumi kita. Ada yang kepanasan, ada juga yang kebanjiran),“ seru santri lainnya yang segera diprotes teman-temannya.
Ular tangga dengan tema sampah pun menjadi ajang pembelajaran bagi santri Pesantren Nurul Khoir Surabaya. Tidak hanya bermain dan melatih mengurutkan angka saja, namun di setiap kotak mereka harus membaca tulisan yang tertera. Segera saja para santri yang tidak kebagian dalam permainan ini mengerubungi ular tangga yang berwarna-warni tersebut.
Ada yang setiap mengocok dadu selalu kebagian angka yang kecil sehingga perlu waktu lama untuk mencapai angka 100 sebagai akhir dari pemenang. Namun ada pula yang selalu mendapat angka besar sehingga kerap juga kebagian ular.
Karena lahan penghijauan yang ada di pondok pesantren hanya di depan rumah pengurus, maka otomatis sampah daun yang dihasilkan pesantren yang terletak di daerah Rungkut ini minim. Sekitar 95% penghuni tempat sampah adalah sampah plastik. Tempat sampah yang berjumlah dua di pesantren putra ini pun nyaris tanpa sampah daun. Setiap sore, ada giliran piket bagi para santri putra untuk membuang semua sampah ke TPS terdekat. Program kerja bakti dilakukan tiap Ahad (Minggu) pagi ketika kegiatan belajar-mengajar di sekolah sedang libur.
Di lorong menuju Madrasah Aliyah (setingkat SMA), terdapat beberapa sangkar burung seperti beo, perkutut dan peking. Ada pula ayam jago untuk mebangunkan para santri agar giat tahajud. Awalnya, di masjid dekat pesantren putra ada pohonnya. Namun sayang, keberadaan pohon tersebut saat ini sudah ditebang.
Akibatnya, tanaman gambas yang tumbuh di halaman pesantren sekarang menjadi hampir mati. Seluruh kegiatan di pesantren ini gratis. Biaya makan 2 kali sehari hanya dikenakan 150 ribu untuk santri yang mampu saja per bulannya. Di dekat kamar mandi terdapat sumur untuk mencuci baju. (ella)