Bersih-Bersih Sampah Bersama Santri Pondok Pesantren Darussalam Behji

Bersih-bersih sampah di Pondok Pesantren Darussalam Behji Surabaya, Jumat (29/3)
Bersih-bersih sampah di Pondok Pesantren Darussalam Behji Surabaya, Jumat (29/3)

SURABAYA- Jumat Bersih di Pondok Pesantren Darussalam Behji Surabaya dilakukan dengan cara dan target berbeda dari biasanya. Kali ini tumpukan sampah yang berada di belakang lapangan sepak bola menjadi perhatian mereka. Dengan menggunakan peralatan sederhana, karung glangsing dan cangkul, sekitar 50 santri  membersihkan tumpukan sampah yang sejak dulu menjadi bagian dari pondok pesantren. 

Suasana kerja bakti untuk membersihkan tumpukan sampah tersebut digelar bersama Tunas Hijau dan beberapa anggota Young eco People dalam rangka program lingkungan hidup Eco Pesantren, Jumat (29/3).

Kholil, salah satu alumni pondok pesantren yang ada di daerah Beji Pakal ini, bahwa sampah menjadi potensi terbesar yang pada akhirnya terus menumpuk. “Setiap harinya santri mempunyai jadwal piket untuk mengambili sampah yang ada di pondok, tetapi sampah yang sudah diambil hanya ditumpuk di halaman belakang,” tutur Kholil kepada Tunas Hijau. Lebih lanjut pria berambut cepak ini berharap melalui kegiatan kerja bakti ini bisa meningkatkan kepedulian santri untuk menjaga kebersihan dan lingkungan hidup pondok pesantren.

Santri Pondok Pesantren Darussalam Behji Surabaya bersama anggota Young Eco People Tunas Hijau mengumpulkan sampah dalam karung
Santri Pondok Pesantren Darussalam Behji Surabaya bersama anggota Young Eco People Tunas Hijau mengumpulkan sampah dalam karung

Perubahan sikap dan pembiasaan santri terhadap lingkungan terutama sampah diwujudkan dalam upaya membersihkan tumpukan sampah tersebut. 15 karung glansing penuh dengan sampah non oragnik dihasilkan dalam kerja bakti pagi itu. Diantara 15 karung glangsing tersebut, 2 glangsing berisi sampah organik yang akan digunakan untuk pengomposan.

Disampaikan oleh Mochamad Zamroni, aktivis senior Tunas Hijau, tidak semua sampah bisa dibersihkan dalam satu hari ini. “Akan kami usahakan dalam beberapa hari ke depan pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan akan mengirim truk pengangkut sampah. Tetapi syaratnya setelah dibersihkan jangan diisi lagi ya,” ujar Zamroni kepada Kholil.

Sampah organik dapur/sisa makanan diolah menjadi kompos dengan lubang resapan biopori
Sampah organik dapur/sisa makanan diolah menjadi kompos dengan lubang resapan biopori

Sampah organikpun menjadi salah satu potensi besar yang dihasilkan oleh santri dan pihak kantin. Uniknya, pesantren Darussalam ini memiliki dua sumber sampah penghasil sampah organik. Satu adalah kantin sedangkan satunya adalah dapur. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Kholil bahwa sampah organik yang dihasilkan oleh kedua sumber tersebut bisa mencapai satu tong besar dalam dua hari.

“Biasanya sampah organik tersebut hanya kami timbun saja, tetapi dengan adanya kegiatan ini sampah organik ini akan kami manfaatkan untuk membuat kompos menggunakan alat resapan biopori,” ujar Kholil. Menanggapi Kholil, Zamroni menjelaskan bahwa dengan sampah organik langsung diolah menjadi kompos melalui lubang resapan sudah termasuk upaya nyata memulai pemilahan sampah.

Pembenahan keranjang pengomposan yang tidak terawat di Pondok Pesantren Darussalam Behji
Pembenahan keranjang pengomposan yang tidak terawat di Pondok Pesantren Darussalam Behji

Tidak menunggu lama, rencana tersebut langsung direalisasikan oleh santri yang duduk diusia mulai MI sampai MA ini. Memanfaatkan dua buah alat lubang resapan biopori milik Tunas Hijau, mereka membuat lubang resapan sebanyak-banyaknya untuk mengolah sampah organik yang ada ditumpukan sampah.

Seperti yang diungkapkan oleh  Miftahul Ilmi, santri kelas SMA, bahwa target pembuatan lubang resapan biopori di pondok pesantren adalah 500 sampai 1000 lubang. “Sampai sekarang kami sudah membuat sekitar 75 lubang resapan yang sudah terisi dengan sampah organik,” ucap Miftahul Ilmi kepada Rizky Ari Wibowo, anggota YEP dari SMAN 20. Lubang sebanyak itu telah dibuat sejak pembinaan Eco Pesantren bersama Tunas Hijau pekan lalu.

Di akhir kegiatan kerja bakti ini, Tunas Hijau mengajak santri untuk mengaktifkan kembali 4 keranjang komposter yang dimiliki oleh pondok pesantren. “Kalau keranjang komposter ini bisa digunakan kembali, kalian bisa menampung sampah organik yang dihasilkan oleh dapur dan kantin di dalam ini. Bahkan kalau perlu kalian melakukan sosialisasi kepada pihak kantin dan dapur cara menggunakan keranjang komposter ini,” terang Anggriyan, aktivis senior Tunas Hijau. Dalam beberapa hari kedepan, para santri ini merencanakan untuk menggelar sosisalisasi tentang keranjang komposter kepada pengelola kantin dan dapur pesantren. (ryan)