Bersih-Bersih Selokan dan Audit Energi Bersama Santri Pesantren Al Ashar
SURABAYA- Sedikitnya 20 orang santri Pondok Pesantren Al Ashar Surabaya dibuat terperangah melihat foto tentang dampak kerusakan lingkungan hidup. Pasalnya, mereka dihadapkan pada gambaran burung albatros yang di dalam perutnya terdapat sampah non organik. Tidak hanya itu, kura-kura yang badannya terlilit oleh sampah plastik pun membuat mereka semakin terkejut.
Fakta tersebut dihadirkan Tunas Hijau dalam pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren di pesantren yang terletak di daerah Rungkut Kidul, Jumat (22/03). “Kami tidak menyangka ternyata sampah begitu bahaya jika sampah tersebut sampai lari ke lautan,” ujar Nur Laili Fajriati, santri kelas 1 SMA ini.
Tidak ingin merasakan dampak karena sampah yang tidak terolah, Tunas Hijau mengajak mereka untuk membersihkan selokan dari sampah non organik. Meskipun malam hari, namun semangat mereka untuk membersihkan selokan masih tinggi. Menurut Pipin Alviana, setiap Jumat sampai Minggu biasanya digunakan oleh santri untuk kerja bakti.
“Kami biasanya kerja bakti setiap Sabtu dan Minggu membersihkan pondok. Seperti contohnya membersihkan selokan air untuk mencegah tidak ada sampah yang masuk dan menumpuk,” ujar Pipin Alviana. Lebih lanjut, dengan menggunakan tong sampah berukuran kecil, mereka melakukan bersih-bersih selokan.
Dalam pembinaan ini, Tunas Hijau mengajak mereka untuk mengukur besaran penggunaan daya dari alat listrik yang ada di pesantren. Anggriyan Permana, aktivis Tunas Hijau, menjelaskan bahwa penggunaan listrik bisa diketahui dengan menggunakan watt meter. “Kalau mau menghitung besaran daya alat listrik, maka gunakanlah watt meter. Dengan menggunakan alat ini kita bisa menghemat listrik,” ucap Anggriyan.
Satu per satu alat listrik yang ada di ruangan mushola dihitung daya listriknya. Seperti yang diterangkan Nadia Irbah Rosyadah, santri kelas 2 SMA, yang terkejut saat melihat besarnya daya yang keluar dari alat listrik seperi kipas angin. “Wah ternyata kipas angin membutuhkan daya sebesar 54 watt, lebih besar daripada lampu LED yang hanya 3,4 watt,” ujar Nadiah.
Berbagai usulan tindakan pun direncanakan untuk dilakukan dalam lingkungan pesantren. Salah satu usulan tersebut adalah melakukan penghematan listrik dan pembersihan selokan. Dijelaskan oleh Nadiah Irbah bahwa sebenarnya mereka bisa menghemat penggunaan listrik.
“Caranya tinggal mematikan alat listrik yang tidak dipakai. Untuk usulan pembersihan selokan, kami mau menjaga lingkungan pesantren ini supaya tetap bersih,” ucap Nadiah. Lebih lanjut, Nadiah menerangkan dalam waktu dekat ini santri akan diajak untuk melakukan penghijauan dengan menanam tanaman hias untuk membentuk taman yang baru. (ryan)