Masalah Sampah di Pesantren Fatchussalam
SURABAYA- Di tengah maraknya permasalahan lingkungan yang melanda bumi, masih belum terasa akibatnya bagi kebanyakan kalangan masyarakat umum. Contohnya seperti Pesantren Fatchussalam. Pesantren yang terletak di daerah Ampel ini semua santrinya bahkan tidak menyadari kalau saat ini bumi sedang mengalami perubahan iklim.
“Ya memang sich, akhir-akhir ini suasananya gampang banget berubah. KalAu panas, betul-betul panas. Kalau lagi dingin ya dingin banget. Udah gitu, berubahnya cepat lagi. Siang panas, kalau sore langsung hujan deras,“ curhat Memed, santri sambil membantu keluarga pengurus Pesantren Fatchussalam saat Tunas Hijau melakukan pembinaan lingkungan hidup, Kamis (21/3).
Tidak adanya lahan membuat penghijauan sulit dilakukan. “Yang ada adalah tanaman di depan teras. Itu pun hanya tiga jenis dan dari jenis tanaman hias yang kurang bisa menyejukkan. Kami bermasalah di sampah. Di sini tiap harinya menghasilkan dua tempat sampah,” tutur Nur Ainy, pengurus pesantren, kepada Tunas Hijau.
Ainy menjelaskan bahwa dari dua empat sampah setiap harinya hanya diambil satu tempat sampah oleh petugas sampah kampung. “Yang satunya gak mau ngambil soalnya ada pasirnya, jadi berat. Dulu pernah ada juga petugas dari Dinas Kesehatan. Ya gitu, meriksa kamar mandi, motoin tempat sampah. Hasilnya apa juga gak jelas. Gak ada kelanjutannya,“ tutur Nur Ainy.
Pesantren yang memiliki jumlah santri putri berjumlah sekitar 25 orang ini sudah mempunyai tugas piket untuk membersihkan kamar mandi, kamar tidur dan memasak. Jadwal kerja bakti dilakukan tiap Jumat. Santri yang berusia 15 hingga 24 tahun ini kesehariannya adalah kuliah di ITS, UNAIR dan LPBA sehingga jadwal mengaji dilakukan setelah subuh dan setelah isya. Pesantren ini juga memunyai sumur di belakang. Sedang untuk keperluan minum dan memasak, menggunakan air PDAM. (ella)