Pembibitan dan Ular Tangga Lingkungan Hidup Bersama Santri Pesantren Muhammadiyah

Santri Pesantren Muhammadiyah Surabaya melakukan pembibitan tanaman bersama Tunas Hijau, Jumat (22/3)
Santri Pesantren Muhammadiyah Surabaya melakukan pembibitan tanaman bersama Tunas Hijau, Jumat (22/3)

SURABAYA- Berada di tengah pemukiman penduduk yang padat, Pesantren Muhammadiyah Surabaya berjuang mendidik putra-putri penduduk sekitar yang kebanyakan berasal dari kalangan kaum duafa dan anak yatim. Tidak hanya masyarakat sekitar saja yang merasakan manfaat peran pesantren yang berada di daerah Sawahan ini, namun juga orang tua/wali murid yang berasal dari kota lainnya. 

Pesantren ini memiliki 15 santri putra dan 5 santri putri yang duduk di bangku SMP dan SMA. Bagi yang menginap, tersedia kamar. Untuk kalangan masyarakat sekitar, mereka pulang jika mengaji sudah selesai. Untuk menambah sumbangsih manfaat bagi masyarakat sekitar, pesantren ini juga memiliki TK. Di depan TK tersedia 4 pot tanaman sirih yang digantung. Ketika Tunas Hijau melakukan pembinaan, satu diantaranya hampir mati kekeringan sedang ketiga pot yang lain telah keluar akar tanda siap untuk dipindah ke media yang baru, Jumat (22/3).

“Aku sudah tahu kalau ini akar. Yang ini batang dan daunnya. Cara nanamnya ditanam ke bawah atau ke atas? Lha ini nyoba dari tadi gak bisa-bisa nancepnya,“ ujar Ilham yang masih berusia 4 tahun pada Rakhmah Ananda Nur Fadlilah, aktivis Tunas Hijau.

Santri Pesantren Muhammadiyah Surabaya bermain ular tangga lingkungan hidup bersama Tunas Hijau, Jumat (22/3)
Santri Pesantren Muhammadiyah Surabaya bermain ular tangga lingkungan hidup bersama Tunas Hijau, Jumat (22/3)

Sebelumnya, para santri yang kebanyakan berusia TK ini diajak untuk mengenali permasalahan lingkungan hidup yang saat ini dihadapi oleh planet bumi. “Iya, rasanya sekarang ini terasa panas banget. Kayak dibakar sama korek api. Aku pernah kebakar waktu main korek api. Rasanya sama. Siangnya panas poolll. Udah gitu kalau hujan medeni (menakutkan). Tadi yang ditayangin juga ada banjir di Brazil, kekeringan di Australia dan salju yang mencair di kutub. Sekarang juga banyak sampahnya dibandingin pas aku masih TK. Terus apa lagi ya tadi?“ sahut santri putri yang lebih besar.

Selain itu, para santri kemudian diajak untuk lebih mengenal tentang permasalahan sampah melalui media permainan ular tangga. Karena ukuran yang kecil, terpaksa yang bisa bermain hanya 5 santri saja. Sedang santri yang lain terpaksa hanya melihat. “Insya Allah, Rabu sore depan, kakak bawa ular tangga raksasa jadi semuanya bisa main. Yuk sekarang kita berdoa dulu semoga ilmu yang dipelajari hari ini bisa bermanfaat dunia-akhirat. Amin,“ kata aktivis Tunas Hijau sebelum penutupan pembinaan. (ella)