Pendataan Awal Eco Pesantren di Surabaya
SURABAYA- Idealnya, tidak hanya pendidikan keagamaan yang diajarkan didalam lingkungan pondok pesantren. Perlu ada pendidikan lingkungan bagi setiap santri baik yang menginap atau santri yang tinggal di sekitar pondok. Menurut Muhammad Rofiq, salah satu pengurus pondok pesantren di Surabaya, selama ini pendidikan lingkungan sangatlah kurang diberikan kepada santri di pesantren. “Para Santri hanya memiliki kegiatan piket kebersihan baik di lingkungan pondok maupun di kamar mereka sendiri. Tidak ada aktivitas lainnya selain bersih-bersih,” tutur Muhammad Rofiq.
Menilik kehidupan sehari-hari para santri di pondok pesantren, jadwal kegiatan yang padat membuat mereka tidak bisa melakukan kegiatan peduli lingkungan hidup. Ustadz Mahruz, pengurus Pondok Pesantren Al-Ashar Surabaya, membenarkan fakta tersebut. “Dengan jadwal kegiatan yang padat, setiap pagi sampai sore mereka sekolah, setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan menghafal Al Qur’an dan mengaji sampai ba’da Isya’. Setelah itu mereka belajar bersama dan dilanjutkan lagi dengan mengaji kitab. Otomatis tidak ada waktu untuk kegiatan lingkungan,” terang Ustadz Mahruz.
Anggriyan, aktivis Tunas Hijau, melakukan pendataan awal terkait dengan program Eco Pesantren di salah satu Pondok Pesantren Al-Ashar, Rabu (06/03). Dengan melakukan pendataan kepada 5 pondok pesantren sebagai sample atau contohnya, Anggriyan mengungkapkan bahwa untuk menyiasati padatnya jadwal kegiatan santri di pondok pesantren maupun di sekolah ada aktivitas lingkungan yang masih bisa dilakukan.
“Sebenarnya salah satu cara untuk mensiasati padatnya jadwal kegiatan adalah dengan menerapkan perilaku ramah lingkungan di lingkungan pondok. Misalkan dengan membiasakan menjadikan tempat saku sebagai tempat sampah sementara, atau dengan membawa tempat minum sendiri untuk menghindari banyaknya sampah plastik,” jelas Anggriyan.
Dalam kunjungannya ke beberapa pondok pesantren ini, fakta menarik tentang sampah dimunculkan oleh aktivis Tunas Hijau ini. Diantaranya minimnya jumlah tempat sampah yang ada di pondok pesantren mengakibatkan masih ada sampah yang masih dibuang sembarangan. Selain itu, juga ditemui banyaknya sampah plastik yang dihasilkan oleh siswa yang bukan santri dan kurangnya penghijauan di lingkungan pondok pesantren.
“Diharapkan dengan program Eco Pesantren ini pengurus pondok pesantren dapat segera mempersiapkan diri untuk mengikuti program yang bersifat kompetisi ini,” ujar Anggriyan. Bukan fisik pesantren yang dipersiapkan, melainkan kegiatan lingkungan yang bersifat pembiasaan ramah lingkungan di lingkungan pondok pesantren. (ryan)