Pengenalan Sampah di Pesantren Uniq

SURABAYA- Pesantren Uniq Surabaya saat ini hanya tinggal satu bangunan yang terdiri dari 3 lantai. Lantai dasar merupakan tempat untuk menjamu tamu, kamar tidur keluarga pengurus dan dapur. Sedang lantai dua terdapat mushola yang juga menjadi tempat tidur santri putri dan tempat mengaji serta tersedia juga kamar mandi. 

Santri putra Pesantren Uniq Surabaya  setelah pembinaan lingkungan hidup bersama Tunas Hijau.  Nampak poster Hemat Air dan poster Deklarasi Asia Pasific Interfaith Youth Camp on Climate Change
Santri putra Pesantren Uniq Surabaya setelah pembinaan lingkungan hidup bersama Tunas Hijau. Nampak poster Hemat Air dan poster Deklarasi Asia Pasific Interfaith Youth Camp on Climate Change

Sedangkan lantai tiga merupakan tempat tidur bagi santri putra dan para ustad yang berjumlah sekitar 9 orang. Saat ini, jumlah santri putra yang mondok berjumlah 25 orang dan 5 santri putri yang kesemuanya berusia 20-25 tahun. Umumnya mereka berasal dari Kudus, Demak, Semarang, Lampung, Jakarta, Bandung dan kota-kota lainnya.

Ketika Tunas Hijau melakukan pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren, Senin (25/3), santri yang berjumlah sekitar 300 orang telah dipindahkan ke cabang Malang. Untuk menghindari santri yang kecele, maka pihak pengurus tetap mempertahankan kegiatan pondok di pesantren yang terletak di daerah Ampel ini.

Pesantren ini benar-benar tidak mempunyai halaman sehingga suasana di dalam pondok terasa sangat panas. Tempat sampah yang berjumlah 5 tersebar di berbagai ruang. Seluruh sampah yang dihasilkan pesantren langsung dibuang ke TPS (tempat penampungan sampah sementara) terdekat karena di depan pondok tidak terdapat tempat sampah

Pembinaan yang dilakukan Tunas Hijau berkaitan dengan upaya pengenalan jenis-jenis sampah beserta cara menanggulanginya. Selama ini mereka beranggapan bahwa yang dimaksud dengan sampah basah adalah sampah yang terdapat kandungan air. Sedangkan sampah kering adalah sampah yang terbebas dari air alias benar-benar kering. “Contoh sampah kering seperti kertas, baju bekas, kardus dan lain-lain. Pokoknya yang kering-kering,“ ujar Muhammad Qusaini,salah satu santri memberi contoh.

Setelah semua santri memperoleh pemahaman yang benar tentang sampah, Tunas Hijau mengajak untuk mengenal program 4R untuk menanggulangi permasalahan sampah. “4R itu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace (menempatkan ulang),” kata aktivis Tunas Hijau Rakhmah Ananda Nur Fadlilah yang memandu pembinaan itu.

Contoh sederhananya, Rakhmah Ananda mencontohkan, seperti membawa keranjang ketika berbelanja sehingga tidak perlu si penjual memberi kresek berukuran besar untuk menampung segala macam belanjaan. “Upaya membawa tas belanja sendiri sama dengan upaya mengurangi sampah atau reduce,“ ujar Rakhmah Ananda Nur Fadlilah. (ella)