Program Peduli Lingkungan Hidup yang Mandek di Ponpes Darul Hafidin
SURABAYA- Program Eco Pesantren yang merupakan kerja sama antara Badan Lingkungan Hidup (BLH) Surabaya dengan Tunas Hijau Indonesia sudah mulai dilaksanakan. Program tersebut diawali dengan pendataan terkait permasalahan yang ada di lingkungan pesantren yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Salah satu pesantren yang dikunjungi untuk didata adalah pesantren Darul Hafidin, Kamis (14/3). Pesantren Darul Hafidin termasuk salah satu pesantren untuk kalangan mahasiswa dan mahasiswi khususnya yang tengah kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk menjadi santri di pesantren yang terletak di daerah Jemur Wonosari tersebut, hanya perlu membayar uang sebesar 100 ribu rupiah per bulan untuk tempat tinggal dan aktifitas mengaji kitab kuning.
Untuk masalah makan dan minum, para santri dibebaskan untuk membeli di luar pesantren. Di depan tiap kamar, terdapat kantung plastik untuk membuang semua sampah sehingga tidak ada program pemilahan sampah. AC yang terletak di mushola pesantren pun sudah lama rusak. Pesantren yang memiliki santri berjumlah sekitar 70 orang tersebut harus rela mengantri di 4 kamar mandi. Aktifitas bersih-bersih pesantren diadakan setiap jumat yang pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal kuliah.
Informasi tentang adanya pesantren bagi kalangan mahasiswa/mahasiswi tersebut disiarkan melalui mulut ke mulut. Bagi santri yang hendak wisuda, lantas memberi tahu tentang adanya pesantren ini kepada adik kelasnya. Karena tidak adanya lahan, otomatis semua santri yang mondok harus berjalan kaki ke kampus.
Sempitnya jendela menjadikan kamar tidur santri menjadi pengap dan bau. “Dulu pernah ummi bagi-bagi tanaman untuk tiap kamar. Tapi karena anak-anaknya pada sibuk ngurusi kuliah, jadi akhirnya banyak pot yang pecah. Setelah itu, program lingkungannya tidak ada lagi,“ terang Abidatul, pengurus pesantren.
Untuk program pemilahan sampah dulu pernah juga dilakukan. Sayangnya, program tersebut hanya berlangsung sebentar karena kebanyakan santri sibuk dengan urusan kuiahnya masing-masing. Saat Tunas Hijau melakukan pendataan, banyak sampah dan pasir yang berserakan hampir di semua lingkungan pesantren.
Keadaan kamar yang berantakan berpadu dengan kasur yang tanpa dilapisi seprei semakin memperburuk pemandangan. Sisa bungkus makanan juga tampak tidak terawat di depan kamar santri. “Insya Allah akan kami bantu untuk menjadikan pesantren lebih baik dan peduli lingkungan hidup,“ tutur Rakhmah Ananda Nur Fadlilah. (ella)