Sampah Sisa Makanan Pesantren Assyalafi Al Fithrah Untuk Makan Ternak
SURABAYA- Sampah sisa makanan yang dimakan oleh santriwan dan santriwati langsung habis diambil oleh warga sekitar pondok pesantren. Sekali pengambilan, sekitar 10 orang warga sudah berkumpul di ruang pondok pesantren Assyalafi Al Fithrah. Setiap harinya dapur pondok pesantren bisa memasak dalam jumlah yang banyak. Fakta ini didapat Tunas Hijau saat melakukan pendataan program Eco Pesantren di pondok pesantren yang berada di kawasan Kedinding ini, Kamis (7/3).
Setiap sekali makan pondok pesantren menyediakan sekitar 2000 porsi makanan. Sampah sisa makanan yang dihasilkan bisa satu mobil pick up penuh setiap harinya. Namun sampah tersebut dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk makanan ternak seperti bebek dan ayam.
“Tak hanya sisa makanan, namun sisa masak yang berbentuk sampah organik pun biasanya habis diambil oleh warga sekitar pondok,” ujar Abdul Gufron, petugas dapur pondok pesantren. Namun, selama ini pihak pondok pesantren masih kesulitan cara untuk mengolah minyak bekas dan sampah non organik.
Untuk sisa minyak penggorengan biasanya langsung kita buang ke lahan belakang. Belum ada cara penanganan libah minyak yang disosialisasikan ke pesantren. Sedangkan sampah non organik langsung dibawa ke TPS belakang pesantren. Dan sudah ada yang memilah mana sampah layak jual dan sampah yang tidak bisa dijual.
Pesantren di Jalan Kedinding Lor no 99 ini juga belum melakukan pemanfaatan kembali bekas air wudhu. Menurut penanggung jawab lingkungan pesantren, air wudhu langsung kami salurkan ke selokan. Namun rencana ke depan kami akan memanfaatkan air bekas wudhu untuk penyiraman tanaman. “Kami tinggal menunggu pembinaan dari pemerintah kota untuk penyaringan airnya,” ujar Ustad Sofwan Hasan. Sayang rasanya bila air yang setiap harinya bisa menghabiskan 5000 liter harus terbuang sia-sia.
Menurut pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Assyalafi Al Fithrah, yayasan sudah menganggarkan dana untuk melakukan perubahan lingkungan di pesantren. Kurikulim untuk Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah sudah kami siapkan untuk kurikulum pendidikan lingkungan hidup atau PLH. Pesantren juga telah menerima bantuan berupa pohon dari dermawan yang berasal dari Lamongan.
Namun pohon yang disumbangkan tidak dalam jumlah banyak. Luas lahan pesantren sekitar 3 hektar, namun untuk penghijauan di pesantren masih belum dijalankan serius. “Perubahan lingkungan terus kami perbaiki agar pesantren kami bisa menjadi pesantren yang ramah lingkungan, syukur-syukur bila pesantren kami bisa menjadi pesantren percontohan lingkungan hidup,” ujar Ainil Huri. (suud)