Santri Pesantren Darussalam Beji Siap Buat 1000 Lubang Resapan

SURABAYA- Antusiasme pondok pesantren peserta program lingkungan hidup Eco Pesantren cukup beragam. Kondisi tersebut dapat terlihat saat pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren di Pesantren Darussalam Behji, Jum’at pagi (22/3). Para santri pesantren ini langsung menyambut baik kedatangan tim Tunas Hijau. Kali ini mereka diajak membuat lubang resapan di halaman mereka. Untuk hal baru tersebut mereka sangat bersemangat melaksanakannya.

Santri Pesantren Darussalam Behji Surabaya mempraktekkan pembuatan lubang resapan biopori di lapangan yang menjadi tempat genangan air
Santri Pesantren Darussalam Behji Surabaya mempraktekkan pembuatan lubang resapan biopori di lapangan yang menjadi tempat genangan air

“Ini baru pertama kali saya membuat lubang ini. Ternyata mudah,” tutur Fatekhur al Muharromi, salah satu santri. Menurutnya, dengan membuat lubang resapan tersebut dan melihat lahan mereka yang masih luas tentu saja mengurangi banjir yang ada di lapangan mereka.

Tidak hanya itu, lubang resapan biopori tersebut akan mereka manfaatkan untuk pengomposan sampah organik. “Kita juga mau buat lagi sebanyak-banyaknya biar tanah di sini subur,” lanjutnya. Dia menambahkan bahwa dia ingin membuat minimal 1000 biopori di halaman mereka.

“Kalau sekolah terbanyak hanya 300 lubang resapan, kami akan membuat 1000 lubang,”sahut Kholil Mawar, santri senior Darussalam Behji. Menurutnya, dengan jumlah santri yang ada saat ini memungkinkan untuknya membuat 1000 biopori. “Bila satu orang di sini membuat 5 lubang resapan maka 1000 biopori pun akan terlaksana,” lanjut pria yang memiliki tubuh tambun tersebut.

Dia optimis mereka bisa menjalankan tantangan pertama untuk pembuatan lubang resapan. “Kami yakin bisa membuat lubang resapan seperti ini secepatnya,” jelasnya. Untuk mendukung pesantren ini merealisasikan tantangan yang diberikan Tunas Hijau, 2 bor pembuat lubang resapan biopori pun dipinjamkan Tunas Hijau.

Tidak hanya itu, bank sampah yang menjadi temuan awal pesantren tersebut benar-benar ada. Informasi tersebut diutarakan oleh Akhmad Rifan yang dijuluki Bapak Sampah. Dia menuturkan bahwa bank sampah mereka menghasilkan minimal 30 ribu rupiah setiap kali penjualan.

“Di sini kami mengumpulkan sampah-sampah botol untuk kami jual,” tuturnya. Hal tersebut lantas membuat Tunas Hijau yang hadir saat itu menyarankan agar diberikan buku untuk setiap penjualan dan pemasukan atau diadministrsikan. “Kalau bisa dibukukan yang rapi agar tahu setiap kali penjualan serta tidak terjadi fitnah,” saran Bambang Soerjodari, aktivis Tunas Hijau. (ali)