SMP SAIM dan Tunas Hijau Konservasi Sumber Utama Sungai Brantas
BATU- lebih dari 5 pekan lamanya 16 orang siswa SMP SAIM Surabaya yang mengikuti program sister school dengan sekolah di kota Perth, Australia Barat ini melakukan konservasi sungai di Surabaya bersama Tunas Hijau. Dimulai dari melakukan penelitian sungai di sekitar sekolah mereka, sumur, perilaku masyarakat sekitar sungai di tengah kota, sampai susur Kalimas.

Banyak fakta yang mereka temukan. Diantaranya adalah pencemaran air di Surabaya diakibatkan adanya pembuangan limbah rumah tangga dan sampah. Berdasarkan hasil data tersebut, 16 orang siswa ini lantas melanjutkan pengamatan dengan mengunjungi sumber utama sungai Brantas di daerah Arboretum, kota Batu, Selasa (12/3).
Dengan melibatkan sedikitnya 40 orang siswa kelas 8 lainnya, rombongan sekolah yang berada di daerah Medokan Semampir ini mengamati langsung sumber utama sungai Brantas sebelum mengalir menuju Surabaya. Menurut aktivis senior Tunas Hijau Bram Azzaino, mereka tidak hanya sekedar mengamati kondisi sumber utama air sungai Brantas saja.
“Mereka juga diminta untuk mengamati keanekaragaman hayati yang ada di sepanjang aliran sungai Arboretum dan daerah sekitarnya,” ujar Bram Azzaino. Dengan berbekal jaring berukuran besar dan kelompok-kelompok, mereka memulai pengamatan keanekaragaman hayati dengan langsung menuju sumber utamanya.
Sedikitnya 40 orang siswa dan 4 orang guru sekolah yang berbasis alam dan lingkungan ini dibuat terkejut. Pasalnya, mereka tidak menyangka kalau sumber utama sungai Brantas berukuran kecil berdiameter 1,5 meter. Seperti yang disampaikan oleh Muhammad Naufal Haritsyah, siswa kelas 7 ini yang mengira sumber utamanya berukuran besar.
“Saya tidak menyangka kalau sumber atau asal mengalirnya sungai Brantas berukuran kecil seperti sumur ini. Saya kira ukurannya besar,” tutur Naufal kepada Tunas Hijau. Lebih terkejut lagi, mereka baru mengetahui kalau sumber utama sungai Brantas ini bisa langsung di minum. “Saya tidak tahu kalau air di sumber ini bisa diminum. Wah ternyata rasa air ini segar sekali lebih segar dari air mineral biasanya,” ucap Hubert King, siswa kelas 8.
Dengan membentuk beberapa kelompok bersenjatakan jaring, 16 orang siswa perwakilan untuk program sister school di Perth ini bersama siswa lainnya ini mengamati keanekaragaman hayati yang ada di Arboretum, yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta I ini. Berbagai keanekaragaman hayati pun berhasil ditemukan oleh mereka. Diantaranya seperti yang ditemukan oleh Azahra Nur Basiliya Yasin, siswa kelas 8, yang menemukan larva dan telur capung.

“Kami menemukan larva dan telur capung yang itu kata Kak Bram adalah indikator air bersih. Lalu banyaknya lumut yang berarti indikator udara bersih,” jelas Azahra. Sayangnya banyaknya temuan menarik mereka harus dikotori dengan adanya temuan sampah yang ada di sepanjang aliran sungai yang berasal dari sumber utama tersebut.
Menurut Anggriyan, aktivis senior Tunas Hijau, sampah- sampah yang mereka temukan sebagian besar adalah sampah plastik. “Yang jelas daerah ini sangat terjaga bersih. Kalaupun ada sampah plastik seperti ini, itu merupakan sampah yang dibawa oleh pengunjung,” ucap Anggriyan sambil menunjukkan sampah yang ditemukannya. (ryan)