Sosialisasi Pengolahan Sampah di Pondok Pesantren Al Huda
SURABAYA– Pondok Pesantren Al Huda Surabaya berada di kawasan padat penduduk yang juga kawasan wisata religi Masjid Sunan Ampel. Pesantren ini berkeinginan mewujudkan pesantren yang peduli lingkungan hidup. Pesantren yang khusus dihuni santri laki-laki ini menunjukan keseriusannya dalam mengikuti jalannya pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren bersama Tunas Hijau, Rabu (27/3).

Dalam kegiatan yang melibatkan 30 santri tersebut, selain pemahaman materi juga disuguhi permainan ular tangga yang bertemakan lingkungan hidup di setiap kotaknya. Khozinatul Asror, santri kelas 1, mengaku baru kali ini bisa bermain ular tangga dengan ukuran besar. Apalagi, dalam permainan ini mereka bisa bermain bersama teman-teman santri lain sambil belajar lingkungan.
“Saya senang sekali bermain ular tangga lingkungan ini. Baru kali ini kami bisa bermain sambil belajar bersama teman-teman,“ ucap Khozinatul Asror sambil melempar buah dadu mengawali permainannya. Bagi yang tidak bisa ikut bermain, mereka hanya bisa melihat dan memberi semangat teman-temannya agar bisa mencapai angka 100 atau finish lebih dahulu. Mereka juga bisa ikut membaca informasi pada setiap kotaknya.
Wahyu Saputra sedikit kecewa ketika maskotnya yang sudah hampir mencapai finish harus turun jauh ke bawah mengikuri alur ekor ular yang menjuntai ke bawah. “Aduh, sayang sekali kurang tiga langkah lagi sudah sampai 100. Sekarang harus turun jauh ke bawah,“ teriak Wahyu Saputra.

Sementara teman yang lain menertawakan kesialannya ketikan maskotnya menempati kotak bertuliskan ’Mencari ikan dengan racun‘, maka ia dianggap merusak ekosistem di laut karena mengakibatkan plakton banyak yang mati. Bagi mereka, menang ataupun kalah bukanlah masalah. Tetapi, dari permainan ini mereka juga merasa mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup.
Ali Felindra, aktivis Tunas Hijau, mengatakan bahwa selain permainan ular tangga lingkungan, sebagian siswa juga diajak untuk bisa mengolah sampahnya. Dalam hal ini paling tidak para santri sudah bisa melakukan pemilahan antara sampah basah dan sampah kering di pondok pesantren.
“Sebaiknya dicoba dulu untuk bisa memilah sampah basah dan sampah keringnya,“ terang Ali Felindra sambil menunjukan bak sampah yang ada di sudut lapangan pondok pesantren. Masih menurut Ali Felindra, dengan melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu maka akan mempermudah dalam melakukan pengolahan sampahnya.
Sementara itu, Faddil, salah satu pengurus ponpes merasa senang dengan adanya pembinaan yang diadakan Tunas Hijau di pondok pesantren. Selama ini, pengertian mereka dalam lingkungan hidup hanya sebatas membersihkan kamar mandi dan menyapu halaman pondok. “Mudah-mudahan dengan pembinaan ini santri kami akan lebih peduli lagi terhadap lingkungan pesantren,“ jelas Faddil.
Dia juga berharap pembinaan yang dilakukan Tunas Hijau tidak hanya dalam bentuk teorinya saja, tapi juga agar santrinya juga mengerti cara mengolah sampah pesantren. (bams)