Ajak Pesantren Mitra Arofah Kumpulkan Sampah Kemasan Air Mineral
SURABAYA – Kehadiran minuman air mineral kemasan dalam gelas dan botol plastik pada awalnya dianggap sebagai dewa penolong bagi orang yang sedang dalam perjalanan untuk persediaan minum. Namun, beberapa tahun belakangan, baru ketahuan belang dari air minum kemasan yaitu potensi sampah yang semakin lama semakin memperpanjang masalah sampah.
Walau di bagian bawah terdapat label segitiga bening sebagai lambang daur ulang, namun tetap saja air minum kemasan tidak mudah diurai oleh alam bila dibiarkan menumpuk di dalam tanah. Ditambah lagi, sekarang makin banyak produsen air mineral dalam kemasan plastik.
Bekas botol air mineral tersebut lantas diubah menjadi barang kerajinan tangan oleh para santri di Pondok Pesantren Mitra Arofah Surabaya, Jumat (26/4), saat pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren bersama Tunas Hijau. Botol air mineral ukuran besar dipotong bagian atasnya menjadi beberapa bagian. Lalu, pita berukuran lebar 3 cm dibakar bagian ujungnya agar jalinan benang tidak terurai.
Selanjutnya, seluruh potongan berukuran sekitar 1,5 cm tersebut dibalut dengan rapi menggunakan pita. Tak hanya para santri putri yang mengerjakan. Santri TPA (taman pendidikan Al Qur’an) yang kebetulan melihat aktivitas tersebut menjadi tertarik dan turut membantu.
Tak puas hanya membuat gelang, sisa pita berwarna merah menyala dan merah muda kembali dibalutkan pada bagian bawah botol mineral yang masih belum terpakai. Meski ukuran diameter gelang dari botol mineral bekas tersebut kebesaran bila dipakai para santri, namun mereka mengaku puas telah mengetahui cara memanfaatkan botol mineral bekas.
Selama ini, bila ada sampah botol air mineral, akan langsung dibuang ke tempat sampah. Sedangkan dua wadah berukuran besar yang juga telah dihias dengan pita rencananya akan dipergunakan sebagai tempat untuk menaruh alat tulis.
“Kemarin sore, Bunda cerita kalau di sini sering ngadain pengajian. Ada yang untuk anak-anak, remaja dan dewasa. Nah, biasanya kan bagi-bagi minum pake air mineral yang di gelas. Jadi kalo bisa mulai sekarang kalao ada acara pengajian lagi, sampah gelas mineralnya jangan dibuang ke tempat sampah,” kata aktivis Tunas Hijau Rakhmah Ananda Nur Fadlilah.
Daripada dibuang ke tempat sampah, para santri disarankan mengumpulkan sampah gelas plastik bekas air mineral itu. “Dikumpulkan saja dulu biar banyak. Bisa dibuat kerajinan atau dijual ke pengepul sampah. Kalau dikumpulkan namanya bank sampah. Sekarang sich, sudah banyak sekolah sudah ada program bank sampah. Harapannya, pihak pesantren juga ikut punya,“ saran Rakhmah Ananda Nur Fadlilah. (ella)