Ajak Santri Pesantren Nurul Huda Kurangi Sampah Plastik Pembungkus Minuman
SURABAYA – Setelah mengaji kitab di pagi hari setelah subuh, Pesantren Nurul Huda Simolawang Surabaya memberi kebebasan bagi para santrinya untuk menikmati waktu libur. Para santri pun menikmatinya dengan berbagai cara. Diantaranya jajan, tidur atau bermain. Tak heran, meskipun sudah melangsungkan kerja bakti setelah mengaji kitab, halaman pesantren segera penuh dengan sampah.
Kebanyakan sampah tersebut berupa sampah plastik dan sedotan bekas es maupun kertas bekas bekas jajan gorengan. Es yang tidak habis pun dibuang sembarangan dengan bungkusnya. Untuk mengatasi kondisi tersebut, Tunas Hijau mengajak para santri untuk kembali melakukan kerja bakti, Minggu (28/4), saat pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren.
Hujan yang mengguyur pada malam harinya, membuat matahari bersinar dengan terik. Sisa air hujan yang membasahi jalanan menghilang dengan cepat. Memakai sapu lidi pinjaman dari petugas kebersihan sekolah dan penjaga kantin, para santri bergantian menyapu halaman pesantren yang juga dijadikan sebagai lahan parkir motor. Motor pun turut dirapikan sehingga memudahkan para santri menyapu sampah non organik yang berserakan.
Tiap harinya, pesantren yang terletak dekat dengan pasar Pegirian ini menghasilkan 2 tong tempat sampah besar dan satu tempat sampah ukuran sedang. Agar tidak mengganggu pemandangan, pengurus pesantren membuat sebuah kotak yang terbuat dari semen di pojok halaman pesantren untuk menampung semua sampah. Sampah tersebut baru dibuang ke TPS terdekat pada malam hari oleh pihak petugas sampah milik warga masyarakat Simolawang. Pesantren hanya membayar iuran sampah tiap bulannya ke pengurus kampung.
“Cuaca yang panas memang cenderung memaksa orang jadi mengonsumsi yang dingin seperti es teh. Daripada tiap hari sampahnya segini banyak, apa tidak lebih baik bila pengurus mewajibkan para santri membawa gelas sendiri untuk mengurangi sampah plastik? Beli boleh, asal bawa tempat sendiri jadi nanti kalau misalnya tidak habis, bisa disimpan untuk diminum beberapa menit kemudian,“ usul Rakhmah Ananda Nur Fadlilah, aktivis Tunas Hijau. (ella)