Bak Penampungan Air Harus Dikuras Berkala, Penjual Kantin Harus Pakai Tutup Kepala

Inspeksi mendadak (Sidak) dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya, Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya serta Tunas Hijau, Selasa (10/4). Tujuannya adalah sekolah terpilih yang mengikuti Lomba Toilet Bersih dan Kantin Sehat. Penjurian sidak ini dilakukan agar peserta lomba tidak melakukan persiapan terlebih dahulu. 

Dari 3 sekolah yang di kunjungi oleh tim juri, ditemukan 3 sekolah yang positif jentik nyamuk demam berdarah. Jentik tak hanya terdapat pada toilet siswa, tapi bahkan pada toilet kepala sekolah kedapatan positif jentik nyamuk yang berbahaya itu.

Menurut M.Mucklas, perwakilan Dinas Kesehatan Kota Surabaya, sekolah juga merupakan tempat utama penyebaran penyakit demam berdarah. Sebab, terkadang sekolah lupa untuk menguras bak penampungan air. Selain itu, durasi pengurasan pun terkadang lama. Efisiennya pengurasan dilakukan setiap minggunya.

“Cara lain bisa menggunakan musuh alaminya seperti ikan,” ujar Mucklas, juri dari Dinas Kesehatan ini. Namun, terkadang jika bak penampungan diberi ikan, oleh siswa cenderung dibuat mainan. Selanjutnya, bisa menggunakan temopos atau biasa dikenal dengan abate untuk melindungi dinding bak agar telur dari nyamuk gagal untuk menetas. Kalau untuk perangkap bisa menggunakan OVI TRAP yang mudah digunakan dan efisien.

Sekolah juga terkadang tidak mempunyai bak sampah di dalam toilet. Menurut Aulia Majid Udia Huda, aktivis Tunas Hijau, seharusnya di dalam toilet terdapat tempat sampah. Tempat sampah tersebut lebih baik yang menggunakan pedal agar tidak kemasukan air. Untuk putri sebaiknya ada tempat sampah khusus pembalut agar mereka tak kesulitan untuk membuang pembalutnya.

Siswa juga diharuskan untuk ke toilet menggunakan sandal agar kotoran seperti pasir tidak masuk ke dalam toilet. Di toilet yang sehat juga terdapat tempat untuk cuci tangan dengan menggunakan sabun.  “Dengan cara tersebut, toilet sekolah akan terlihat bersih,” ujar Aulia Majid Udia Huda, juri dari Tunas Hijau ini.

Selain itu, saat mengunjungi kantin di SMPN 20, didapati bahwa jajanan kantin di sekolah ini juga telah memenui standar kantin sehat. Sekolah ini juga telah meminimalisir sampah plastik. Caranya, penjual harus menggunakan gelas saat menjual minuman. Sedangkan makanan sekolah sudah tidak mengandung 5P.

Namun, pedagang kantin harus mengimbangi dengan berpenampilan yang baik pula. Seperti menggunakan penutup kepala agar rambut tak bercampur dengan makanan. Yang kedua, dengan menggunakan penutup dada dan memotong kuku. Dengan demikian kantin yang sehat bisa tercipta. Penggunaan keranjang pengomposan untuk mengolah sampah sisa makanan juga sebaiknya dilakukan. Faktanya, keranjang pengomposan yang ada di kantin sering kering seperti tak diperlakukan sebagaimana mestinya. (suud)