Kemah Hijau Siswa SMA/SMK Surabaya di SMKN 10

SURABAYA – Kader lingkungan hidup SMKN 10 Surabaya unjuk gigi memandu peserta Kemah Hijau 2013 Surabaya menyampaikan materi lingkungan bertemakan air, Sabtu (20/4) pagi. Mengawali berjalannya Kemah Hijau tingkat SMA/SMK yang diikuti oleh sedikitnya 80 orang siswa SMA/SMK se Surabaya, Tunas Hijau mengajak mereka untuk mengenali potensi lingkungan tempat mereka menggelar Kemah Hijau. 

Anggota Young Eco People (jaringan siswa SMA/SMK Surabaya peduli lingkungan hidup) Tunas Hijau memanfaatkan Kemah HIjau untuk promosi beragam kegiatan lingkungan hidup dalam rangka Hari Bumi di Royal Plaza, 22-26 April 2013
Anggota Young Eco People (jaringan siswa SMA/SMK Surabaya peduli lingkungan hidup) Tunas Hijau memanfaatkan Kemah HIjau untuk promosi beragam kegiatan lingkungan hidup dalam rangka Hari Bumi di Royal Plaza, 22-26 April 2010

Beragam materi tentang konservasi air tersebut diantaranya hidroponik, filterisasi air, urban farming dan lubang resapan biopori. Seperti yang disampaikan oleh Anggriyan Permana, aktivis senior Tunas Hijau yang langsung membagi seluruh peserta menjadi 4 kelompok. “Kalian akan dibagi menjadi 4 kelompok sesuai materi, kemudian silahkan serap informasi sebanyak mungkin informasi lingkungan yang kalian dapat dari setiap materi, nanti dipaparkan menggunakan media komunikasi,” ujar Anggriyan Permana mengawali sesi.

Hal ini membuat suasana SMKN 10 menjadi mendadak ramai riuh. Dalam materi lubang resapan biopori, peserta Kemah Hijau ini diajak untuk membuat lubang resapan biopori. Menurut Muhammad  Hidayatullah, siswa kelas 11 SMKN 10 yang juga memandu materi biopori ini, lubang resapan biopori diantaranya berfungsi untuk mengurangi genangan air ketika hujan datang.

“Fungsi terpentingnya lubang biopori digunakan untuk menangkap air hujan agar bisa langsung diresapkan ke dalam tanah menjadi mata air,” ujar Muhammad Hidayatullah sambil mengajak peserta lainnya untuk membuat lubang resapan biopori ini.

Sementara itu, pada sesi berbeda dalam materi urban farming atau pertanian perkotaan yang dipandu oleh Anggita Dwi Aryono, siswa SMKN 10, peserta Kemah Hijau yang berasal dari 50 SMA/SMK se Surabaya ini, tertarik untuk mencoba menanam biji sawi dan kangkung yang dibawa. Sambil praktek, Anggita Dwi menjelaskan bahwa urban farming  atau pertanian perkotaan adalah salah satu upaya menyiasati lahan sempit.

Urban Farming memang digunakan untuk lahan yang tidak luas. Urban farming ini memang dikhususkan untuk tanaman sayuran yang memiliki usia pendek seperti sawi, kangkung, tomat, cabai dan terong. Mengambil background kantin apung, materi penyaringan air atau filterisasi air dengan metode sederhana pun cukup membuat peserta Kemah Hijau penasaran. Seperti yang disampaikan oleh Eka Nanda, siswa SMAN 8, yang sampai mencoba untuk merakit sendiri urutan komposisi bahan yang digunakan dalam penyaringan sederhana.

“Saya sejak SMP penasaran ingin membuat yang namanya penyaringan air sederhana seperti ini, mumpung dapat kesempatan di kemah hijau ini, makanya saya mau mencoba merakitnya. Ternyata komposisinya dari atas adalah kerikil, pasir, serabut kelapa, ijuk dan kapas,” jelas Eka Nanda, siswa kelas 10.

Pengetahuan ini kemudian semakin kuat saat Muhammad Saefuddin, siswa SMKN 10 yang menjadi pemandunya, menjelaskan kalau penyaringan ini sebagai upaya mendaur ulang air atau konservasi air. “Dengan penyaringan sederhana ini, kita bisa melihat daur ulang air atau melakukan penghematan air,” ujar Saefuddin.

Sementara itu, budidaya tanaman menggunakan media hidroponik menjadi jujukan peserta. Menurut Anggita Dwi, siswa SMKN 10 yang memandu materi ini, Tanaman hidroponik jenis tanamannya adalah tanaman yang suka dengan air seperti salada dan terong. “Sedangkan metode hidroponik adalah dengan memanfaatkan air sebagai media tanamnya, jadi hidroponik merupakan salah satu bentuk inovasi yang banyak diminati peserta kemah hijau ini,” ujar Anggita Dwi, siswa kelas 10 ini. (ryan)