Pembiakan Sansivera dan Kaligrafi Lingkungan Hidup di Pesantren Al Ashar
Berbagai upaya dilakukan para santri Pondok Pesantren Al Ashar Surabaya untuk menghijaukan lingkungan pondoknya. Salah satunya dengan memindahkan tanaman sansivera atau lidah mertua yang sudah tumbuh banyak di dalam satu pot. Dengan memanfaatkan pot-potan bekas dan pupuk sisa kegiatan, keempat orang santri terlihat sibuk memindahkan tanaman sansivera tersebut.
Gelapnya malam bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap peduli terhadap lingkungan. Fakta tersebut ditunjukkan kepada Tunas Hijau saat menggelar pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren di pondok pesantren mereka, Kamis (4/4).
Uniknya, para santri ini tidak mengetahui jenis dan manfaat dari tanaman yang mereka tanam. Dijelaskan oleh Anggriyan, aktivis senior Tunas Hijau, bahwa tanaman yang ditanam adalah jenis tanaman sansivera atau lidah mertua. “Tanaman ini bermanfaat untuk menyerap polusi udara di pondok. Terlebih karena letak pondok yang dekat dengan jalan raya,” terang Anggriyan.
Mendengar penjelasan tentang manfaat dari tanaman sansivera ini, para santri ini kemudian berencana untuk memperbanyak tanaman sansivera, yang bisa hidup bahkan di dalam lemari ini, agar bisa mereduksi lebih banyak karbon yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor.
Dalam pembinaan ini, pentingnya menjaga lingkungan dari sampah menjadi pesan lingkungan yang disampaikan Tunas Hijau kepada para santri. Menggunakan media permainan ular tangga bertema sampah, Tunas Hijau mengajak mereka untuk mengenali permasalahan lingkungan hidup mengenai sampah yang ada di setiap kotaknya. “Silahkan kalian cari, informasi lingkungan di kotak mana yang sesuai dengan kondisi lingkungan pondok kalian,” ucap Anggriyan Permana.
Banyaknya sampah plastik kemasan dan kresek menjadi permasalahan lingkungan yang ada di pesantren yang terletak di daerah Rungkut Kidul gang Makam ini. Menanggapi permasalahan lingkungan tersebut, Anggriyan menyarankan untuk mengurangi penggunaan plastik yang sekali pakai saat berbelanja.
“Akan lebih baik lagi kalau setiap kali belanja ke toko atau ke warung, kalian menolak diberi kresek. Bukan hanya itu, setidaknya kalian bisa mengumpulkan sampah botol dan gelas untuk dijual kembali ke pengepul sampah,” papar Anggriyan.
Kurangnya ajakan untuk menjaga lingkungan berpengaruh pada kebiasaan para santri yang ada di pesantren. Menanggapi kurangnya ajakan sebagai peran media komunikasi terpenting untuk mengajak orang lebih peduli lingkungan lagi, Tunas Hijau mengajak mereka untuk membuat poster dan kaligrafi tentang lingkungan. “Kalau kalian bisa membuat kaligrafi lingkungan, berarti kalian menggabungkan antara Islam dan lingkungan,” ujar Anggriyan.
Menggambarkan sebuah timbangan yang lebih berat pohon daripada beton, Sarichalilah, salah seorang santri ini menjelaskan bahwa pohon lebih mempunyai banyak manfaat dan fungsi daripada beton atau bangunan. “Satu pohon saja bisa menghasilkan oksigen untuk satu orang, tetapi kalau satu bangunan membunuh banyak pohon, berarti bangunan akan menghabiskan oksigen di bumi,” jelas Sarichalilah, santri yang juga siswa SMKN 1 ini.
Sementara itu, pesan lingkungan ‘Kebersihan Sebagian Dari Iman’ tertulis indah dalam selembar kertas yang diberi sentuhan warna-warni. Hal ini mendapat tepukan dari teman-teman santri lainnya. (ryan)