Pembuatan Lubang Resapan di Pesantren Nurul Khoir

SURABAYA – Walau masih duduk di bangku SD, namun Bima paling semangat ketika Tunas Hijau datang ke pesantren Nurul Khoir Surabaya untuk melakukan pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren, Rabu (16/4). Berbeda dengan kedatangan Tunas Hijau sebelumnya yang memberi materi tentang sampah melalui media permainan ular tangga, kali ini materi Eco Pesantren membahas tentang lubang resapan air hujan. 

Meski masih SD, santri Pesantren Nurul Khoir Surabaya ini tergolong semangat untuk membuat lubang resapan
Meski masih SD, santri Pesantren Nurul Khoir Surabaya ini tergolong semangat untuk membuat lubang resapan

Seusai sholat ashar berjamaah dan mandi sore, para santri putra segera berkumpul di halaman pesantren untuk mengikuti pembinaan lingkungan hidup itu. Mula-mula hanya satu-dua santri yang datang. Tak lama kemudian, semua santri berkumpul kecuali yang sedang piket kebersihan.

Santri yang bersekolah di SD Al-Khoiriyah Surabaya ini dengan cekatan segera mengambil linggis yang telah disediakan oleh santri yang lebih besar. Dibantu santri yang lain, lubang resapan pertama segera dibuat di depan tangga pesantren putra. Karena kerasnya tanah, para santri segera mencampur dengan sedikit air agar tanah segera dapat dilubangi.

Pengurus Pesantren Nurul Khoir Surabaya ikut serta membuat lubang resapan
Pengurus Pesantren Nurul Khoir Surabaya ikut serta membuat lubang resapan

Menemui kebuntuan, para santri segera mencari tempat lain. Lahan yang dipilih yaitu depan rumah salah seorang pengurus pesantren. Dengan penuh semangat, para santri segera membuat lubang resapan. Kali ini cukup berhasil.

Setelah mencapai kedalaman sekitar 1 meter, kegiatan pengeboran dihentikan karena tangan para santri sudah tidak dapat menjangkau tanah di bagian bawah lubang. Lantas, lubang tersebut diisi dengan sampah dedaunan yang diperolah dari santri yang piket kebersihan. Sampah dedaunan segera dipisahkan dari berbagai jenis sampah non organik.

Merasa sudah cukup berhasil membuat satu lubang resapan, lubang kedua segera dibuat. Pilihan tempat jatuh di dekat taman pesantren yang juga merupakan depan rumah kepala madrasah. Depan kamar mandi juga dipilih untuk pembuatan lubang resapan yang ketiga.

Lubang resapan yang telah dibuat, selanjutnya diisi dengan sampah organik
Lubang resapan yang telah dibuat, selanjutnya diisi dengan sampah organik

“Nanti, setiap hari, jangan sampai lupa lubang resapannya diisi sampah daun. Kalau makan ada yang gak habis seperti bawang, laos atau yang lain, juga jangan dicampur sama sampah plastik. Masukkan saja ke lubang resapan. Bisa jadi kompos lho. Kan kita sekarang buat tiga lubang. Ntar kalau bisa sih, dibuat per satu meter. Semakin banyak lubang resapan yang dibuat, kompos yang dihasilkan juga semakin banyak. Lumayan, gak perlu ngeluarin duit lagi untuk beli pupuk. Kalo sudah panen, ya diisi ulang lubang resapannya,“ terang Rakhmah Ananda Nur Fadlilah, aktivis Tunas Hijau.  (ella)