Pengenalan Sampah dan Bercocok Tanam di Pesantren Shobrul Ma’arif

Aktivis senior Tunas Hijau  Anggriyan Permana menjelaskan  tentang sampah dengan media ular tangga
Aktivis senior Tunas Hijau Anggriyan Permana menjelaskan tentang sampah dengan media ular tangga

SURABAYA- Pentingnya pengetahuan tentang lingkungan hidup harus diberikan kepada anak-anak sejak usia dini. Fakta tersebut yang diterapkan Tunas Hijau saat menggelar pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren di Pesantren Shobrul Ma’arif Surabaya, Selasa (2/4). 

Tidak mudah memberikan pengetahuan lingkungan kepada anak-anak santri pondok pesantren yang masih berusia dini ini secara lisan. Ular tangga lingkungan hidup berukuran 2 x 2 meter karya Tunas Hijau pun dimanfaatkan Tunas Hijau untuk memberikan pengetahuan lingkungan dengan mengajak mereka bermain.

Secara perlahan, Tunas Hijau memandu anak-anak kecil tersebut untuk membaca pesan lingkungan yang ada pada setiap kotak di ular tangga bertema sampah ini. Terlihat salah seorang santri kelas 3 membaca pesan lingkungan pada salah satu kotak, kemudian bertanya kepada Tunas Hijau. “Pisahkan sampah organik dengan sampah non organik,” kata Kalista Eka Pridianti. Lebih lanjut, santri berkacamata berusia 7 tahun ini menanyakan contoh sampah organik dan non organik kepada Tunas Hijau.

Santri Pesantren Shobrul Ma'arif diajak memanfaatkan pot kosong untuk menanam sayuran
Santri Pesantren Shobrul Ma’arif diajak memanfaatkan pot kosong untuk menanam sayuran

“Sampah organik itu contohnya seperti daun, sisa makan Adik-Adik kalau tidak habis, dan sisa buah-buahan juga. Sedangkan kalau sampah non organik itu contohnya seperti plastik, botol, kertas dan tisu,” ujar Anggriyan menjawab pertanyaan Kalista Eka Pridianti.

Tidak hanya memberikan materi lisan saja, Tunas Hijau juga mengajak puluhan santri yang berusia rata-rata sekolah dasar ini untuk lomba mencari sampah non organik. Seperti penuturan Anggriyan, aktivis senior Tunas Hijau, yang meminta mereka berlomba untuk mencari sampah non organik yang tidak pada tempatnya. “Yang bisa mengumpulkan sampah non organik, kakak beri stiker lingkungan,” ujar Anggriyan.

Antusiasme para santri pun begitu besar mendapat tantangan untuk berlomba mencari sampah. Mereka segera mencari sampah non organik di sudut taman yang ada di lantai atas. Disampaikan oleh Maria Chiluin, santri berusia 8 tahun, bahwa di taman dirinya menemukan sampah plastik yang ada di sela-sela tanaman.

Tunas Hijau menyerahkan bantuan media permainan ular tangga tema sampah ukuran 2 x 2 meter pemberian PT. Dharma Lautan Utama kepada Pesantren Shobrul Ma'arif
Tunas Hijau menyerahkan bantuan media permainan ular tangga tema sampah ukuran 2 x 2 meter pemberian PT. Dharma Lautan Utama kepada Pesantren Shobrul Ma’arif

“Kak, banyak sampah plastiknya di taman tadi. Saya bisa mengambil lima jenis sampah plastik di taman. Ada sedotan, plastik es, bungkus makanan dan kresek,” papar Maria Chiluin sambil menunjukkan sampahnya.

Tidak hanya mengajak para santri untuk lebih mengenal tentang jenis sampah, Tunas Hijau juga mengajak mereka untuk melakukan pembibitan tanaman berumur pendek. Dengan memanfaatkan pot-potan bekas, Tunas Hijau mengajak mereka untuk membibit tanaman sawi dan cabai.

Menurut penuturan Anggriyan, pembibitan sayuran ini akan berguna bagi santri setelah satu sampai tiga bulan. “Kalian bisa manfaatkan tanaman sawi dan cabai ini saat nanti memasuki waktu panen. Apalagi sekarang harga cabai sedang naik. Kalian bisa menjualnya. Tetapi tanaman sawi dan cabai ini butuh rutinitas untuk perawatannya, terutama penyiramannya,” tutur Anggriyan. (ryan)