Pesantren Darul Ulum Kini Lebih Bersih

Tumpukan sampah yang berada di halaman depan Pesantren Darul Ulum Surabaya kini lenyap. Oleh pimpinan pesantren, semua sampah telah dibersihkan agar pesantren terlihat lebih bersih dan tidak kumuh. Pemandangan ini nampak saat pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren bersama Tunas Hijau, Kamis (4/4). 

Santri Pesantren Darul Ulum Surabaya belajar mengenal sampah dengan bermain ular tangga peduli sampah bantuan PT. Dharma Lautan Utama
Santri Pesantren Darul Ulum Surabaya belajar mengenal sampah dengan bermain ular tangga peduli sampah bantuan PT. Dharma Lautan Utama

Kini hanya tinggal beberapa sampah saja yang masih ada di halaman depan pesantren. Lahan yang kini gersang tersebut lantas dimanfaatkan untuk membibit tanaman lombok, terong dan kangkung. Sebelum melakukan pembibitan, lahan tersebut dibasahi dengan air untuk memudahkan bibit tanaman tumbuh.

Media permaian ular tangga peduli sampah yang berukuran 2 x 2 meter pemberian PT. Dharma Lautan Utama yang dibagikan secara gratis dimanfaatkan para santri pesantren ini untuk belajar mengenal sampah. Memakai lahan di depan kamar tidur santri putra, para santri putri ini menggelar permainan ular tangga itu.

Segera saja santri putra yang semula tidur, lantas terbangun mendengar serunya permainan yang dimainkan oleh santri putri. Tak lupa, setiap pindah kotak, para santri diwajibkan membaca tulisan yang tertera. “Contoh perilaku yang dapat menyebabkan banjir adalah suka buang sampah sembarangan,“ ujar Rakhmah Ananda Nur Fadilah, aktivis Tunas Hijau menjelaskan.

Santri Pesantren Darul Ulum Surabaya memanfaatkan lahan sempit yang kosong untuk berkebun
Santri Pesantren Darul Ulum Surabaya memanfaatkan lahan sempit yang kosong untuk berkebun

Poster hemat energi juga diberikan secara gratis kepada pesantren ini. Poster tersebut bertujuan untuk mengingatkan warga pesantren agar bersikap hemat dalam pemakaian energi listrik. “Semakin banyak yang menggunakan listrik, maka bumi semakin panas karena sumber listrik berasal dari pembakaran batu bara yang menyumbang gas CO2. Minimal matikan lampu yang tidak digunakan. Gunakan juga sinar matahari sebagai penerang alami,“ lanjut aktivis Tunas Hijau yang berjilbab ini. (ella)