Berbagi Pengomposan Lubang Resapan dan Keranjang dengan Himatika ITS

SURABAYA – Tidak ada hubungannya antara jurusan matematika dengan kegiatan lingkungan hidup. “Namun justru karena itu kami ingin menunjukkan jika mahasiswa Matematika pun juga peduli terhadap lingkungan,” ungkap Pudji Ardhi Irwanto, mahasiswa semester 6 jurusan Matematika, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. 

Mahasiswa Himatika ITS Surabaya mendapat penjelasan tentang cara membuat lubang resapan biopori untuk peresapan air hujan dan mengompos sampah organik
Mahasiswa Himatika ITS Surabaya mendapat penjelasan tentang cara membuat lubang resapan biopori untuk peresapan air hujan dan mengompos sampah organik

Pernyataan itu mengawali kegiatan lingkungan yang digelar Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika) ITS Surabaya bertajuk ALJABAR (Ayo Kumpul Kerja Bakti Bareng) bersama Tunas Hijau di depan kantor Himatika, Sabtu (4/5). Menyebarkan pesan peduli lingkungan kepada mahasiswa Matematika menjadi tujuan utama digelarnya kegiatan lingkungan hidup ini.

Diawali dengan aksi bersih-bersih, Tunas Hijau mengajak mereka untuk melakukan pengomposan menggunakan beberapa cara. Diantaranya adalah dengan lubang resapan biopori dan keranjang komposter. Nampaknya alat bor lubang resapan menjadi daya tarik mereka untuk terus mencoba membuat lubang resapan biopori.

Lubang yang sudah dibuat diisi dengan sampah organik untuk pengomposan dan pengoptimalan fungsi peresapan air hujan ke dalam tanah
Lubang yang sudah dibuat diisi dengan sampah organik untuk pengomposan dan pengoptimalan fungsi peresapan air hujan ke dalam tanah

Menurut penjelasan Anggriyan, aktivis senior Tunas Hijau, fungsi utama lubang resapan biopori adalah untuk menangkap air hujan. “Selain itu, lubang resapan biopori juga bisa dijadikan tempat pengomposan, karena lubang resapan biopori ini harus diisi oleh sampah organik, sedalam 100 centimeter,” jelas Anggriyan sambil mempraktekkan cara membuat lubang biopori.

Benar saja, ternyata alat bor biopori berhasil memikat hati mereka untuk terus mencoba membuat lubang resapan di depan sekretariat Himatika ITS. Menurut ketua pelaksana kegiatan Aljabar ini, banyaknya potensi sampah daun yang ada di lingkungan kampusnya dibiarkan tidak terolah.

Mata bor lubang resapan yang sudah penuh dengan tanah harus dibersihkan
Mata bor lubang resapan yang sudah penuh dengan tanah harus dibersihkan

“Kami sangat ingin membuat kompos. Kami bersemangat sekali untuk memanfaatkan daun kering yang banyak berjatuhan ini sebagai bahan baku pengomposan, karena daun-daun yang ada di kampus menumpuk,” ucap Pudji Ardhie Irwanto. Satu demi satu lubang biopori terbentuk dan mulai diberi isian sampah organik khususnya daun-daunan.

“Ini merupakan pengalaman pertama saya membuat lubang resapan biopori, meskipun saya pernah mendengar tentang alat ini waktu masih SMA dulu. Alat ini membuat kami ketagihan untuk membuat lubang resapan lagi, karena fungsinya yang bermanfaat,” terang Doni Fitrah, mahasiswa semester 6 ini. Tidak hanya biopori saja, Anggriyan dan Ragil Ajeng Pratiwi, anggota Young Eco People (jaringan pelajar SMA/SMK peduli lingkungan) mengajak mereka untuk belajar pengomposan melalui media keranjang komposter.

Dengan memanfaatkan 3 keranjang komposter bekas, mereka mulai membuat kompos mengikuti arahan Tunas Hijau. “Nah, dalam pengomposan menggunakan keranjang komposter ini, sampah organik yang diisikan ke dalamnya diutamakan sampah sisa makanan, bukan daun. Perawatannya pun dilakukan setiap hari dengan mengisinya rutin dengan sisa makanan kemudian diaduk,” jelas Anggriyan.

Pengomposan sampah organik dengan keranjang  komposter juga dilakukan pada kegiatan ini
Pengomposan sampah organik dengan keranjang komposter juga dilakukan pada kegiatan ini

Bedanya, dalam pengomposan melalui media keranjang ini, mereka berinisiatif untuk membuat jadwal piket perawatan komposter. “Ini salah satu upaya kami menyiasati kesibukan di jam kuliah,” ucap Meylistia, mahasiswi semester 4 ini. (ryan/ron)