Roof Garden Pesantren Al-Ashar

Santri Pesantren Al-Ashar Rungkut Kidul Surabaya menyiapkan pembibitan untuk kebun atap pesantren mereka
Santri Pesantren Al-Ashar Rungkut Kidul Surabaya menyiapkan pembibitan untuk kebun atap pesantren mereka

SURABAYA – Suasana berbeda nampak di pesantren Al-Ashar Surabaya, yang terletak di belakang makam daerah Rungkut Kidul, saat evaluasi lapangan program Eco Pesantren yang dilakukan Tunas Hijau bersama Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Senin (6/5). Sebanyak 50 polibag penuh dengan bibit tanaman sawi merah, sawi, tomat, kangkung dan serai menjadi salah satu bukti upaya mereka dalam memanfaatkan lahan kosong yang ada di pesantren. 

“Kami memanfaatkan lahan kosong yang ada di atap pondok di lantai 3 untuk penghijauan. Dengan menata polibag yang sudah berisi bibit-bibit tanaman menjadi beberapa baris. Kami ingin agar hasilnya bisa memuaskan agar bisa dipanen santri,” ujar Muhammad Irfan, salah seorang pengurus pondok pesantren.

Tidak hanya sekedar menanam, bibit tanaman sawi, kangkung, tomat dan sawi merah yang berada baik di taman-taman maupun di atap pondok pesantren itu juga teratur dirawat oleh santri. Dengan melibatkan seluruh santri, Machruz, pengelola pondok, mengungkapkan bahwa setelah adanya pembinaan Eco Pesantren dari Tunas Hijau, mereka kemudian membuat gerakan dengan melibatkan semua santri, termasuk kegiatan kerja bakti.

“Kegiatan pertama yang sedang kami realisasikan ini adalah membuat taman di atap pondok atau roof garden dengan melibatkan santri untuk mengatur jadwal piket penyiraman dan perawatan,” imbuh Machruz.

Kebun atap Pesantren Al-Ashar Rungkut Kidul Surabaya
Kebun atap Pesantren Al-Ashar Rungkut Kidul Surabaya

Tidak hanya pemanfaatan lahan kosong saja, tetapi beberapa program lingkungan hidup lainnya juga sudah mereka realisasikan. Salah satunya adalah upaya penghematan air menggunakan media penyaringan air sederhana atau filterisasi air. Disampaikan oleh Muhammad Irfan, salah satu pengelola pondok, bahwa sumber air yang digunakan di pondok merupakan air yang berasal dari PDAM dan air sumur.

“Kami ingin melakukan percobaan bahwa air PDAM dan sumur tersebut bisa dikonsumsi oleh banyak orang. Dengan menggunakan filterisasi sederhana melalui 4 proses penyaringan dengan menggunakan pipa paralon, maka air PDAM dan sumur itu bisa dikonsumsi atau diminum oleh santri,” aku Muhammad Irfan. (ryan/ro)