Ajak SDN Semolowaru dan SMPN 23 Paparkan Eco-preneur Di Konsulat Jendral Amerika

Surabaya – Gaung  Eco-preneur seakan tidak pernah mati didengungkan, meskipun programnya telah habis satu bulan yang lalu. Kali ini, gaung Eco-preneur didengungkan oleh Tunas Hijau di lingkungan Konsulat Jendral Amerika, Jumat (21/06). Dalam diskusi yang digelar TEDx yang diikuti oleh berbagai elemen masyarakat diantaranya mahasiswa universitas ITATS, Narotama, SDN Semolowaru dan SMPN 23.

Dengan mengangkat tema “Save our Nature, Save our Future” ini, Satuman, aktivis Tunas Hijau memaparkan jalannya program Eco-preneur dalam hitungan angka. Menurut Satuman, program Eco-preneur ini membawa dampak yang besar bagi pola pembiasaan ramah lingkungan warga sekolah. “Kegiatan Eco-preneur ini memang hanya melibatkan secara aktif beberapa individu saja, namun dampaknya mencakup semua ,” tutur Satuman.

Satuman,aktivis Tunas Hijau memaparkan programEco-preneur kepada peserta diskusi TEDx yag digelar di salah satu ruangan Konsulat Jendral Amerika
Satuman,aktivis Tunas Hijau memaparkan programEco-preneur kepada peserta diskusi TEDx yag digelar di salah satu ruangan Konsulat Jendral Amerika

Pemaparan hasil program wirausaha lingkungan ini, mampu menarik hati peserta diskusi tema lingkungan ini, sehingga banyak dari mereka yang mengajukan beberapa pertanyaan dan ungkapan terkait dengan program Eco-preneur. Salah satunya seperti yang disampaikan oleh Ahmad Faisal, mahasiswa ITATS jurusan Teknik Lingkungan. Faisal menanyakan bagaimana kelanjutan program Eco-preneur di sekolah setelah programnya sudah habis.

Menjawab pertanyaan tersebut, Satuman langsung memberi kesempatan kepada sekolah juara yakni SDN Semolowaru. Menurut Anik Widiarti, guru pembina Eco-preneur ini mengungkapkan bahwa pasca Eco-preneur tim Eco-preneur sekolah malah mengembangkan bisnis lingkungannya dengan memasarkan Berken (Beras Kencur).

Mahasiswa peneliti dari Amerika Kelly Shallfield pun turut berbagi pengetahuan tentang kondisi ekosistem bawah laut yang ada di Indonesia, terutama kondisi terumbu karang dan keanekaragaman hayati didalamnya
Mahasiswa peneliti dari Amerika Kelly Shallfield pun turut berbagi pengetahuan tentang kondisi ekosistem bawah laut yang ada di Indonesia, terutama kondisi terumbu karang dan keanekaragaman hayati didalamnya

“Kami memasarkan berken yang merupakan produk lingkungan unggulan kepada toko-toko di dekat sekolah. Selain itu, kami juga akan menjualnya ke supermarket atau ke swalayan terdekat,” ucap Anik Widiarti. Uniknya dalam diskusi ini, kehadiran anak-anak menjadi warna berbeda dari acara diskusi yang notabene diikuti oleh orang dewasa.

Pertanyaan yang lainnya pun disampaikan oleh Lingkar Amanda, mahasiswi Universitas Narotama ini menanyakan tentang kendala saat tim Eco-preneur memasarkan produknya. “Kalau mereka memasarkann produknya di sekolah kan ada petugas kantin juga, sering kali kan terjadi bentrok, bagaimana mengatasinya?” ucap Amanda.

Menjawab pertanyaan ini, Satuman menyerahkan kepada Arlinda Muthia, siswa kelas 8 SMPN 23 sebagai ketua tim Eco-preneur bahwa selama mereka memasarkan produk unggulan mereka yakni es Pisang Kepo, memang terkendala dengan pihak kantin yang iri. “Konflik tersebut bisa selesai karena kami menerapkan metode pemasaran bagi-bagi brosur dan memasarkannya jauh dari letak kantin dengan promosi di buat meriah,” ucap Arlinda Muthia.

Dalam pemaparan ini, Satuman menambahkan bahwa untuk peduli terhadap lingkungan, melibatkan banyak orang tersebut harus dengan cara paksarela terlebih dahulu. “Karena dengan paksarela mereka akan menjadi sukarela, kemudian mereka akan terbiasa karena dilakukan setiap harinya. Tetapi tidak sekedar paksarela, tetapi Tunas Hijau juga menyediakan berbagai macam reward untuk mereka,” ucap Satuman. (ryan)