Berbekal Mesin Pencacah Swadaya Alumni, SMAN 5 Surabaya Mulai Kelola Sampah Daun
SURABAYA – Deru mesin diesel terdengar cukup keras di belakang rumah jamur SMAN 5 Surabaya, Rabu pagi (26/6), bersama Tunas Hijau. Hal ini cukup aneh mengingat lokasi tersebut adalah lahan kosong yang dimanfaatkan sebagai tempat penumpukan ranting-ranting pepohonan yang telah dipangkas.
Suara tersebut berasal dari bunyi mesin pencacah sampah yang sedang difungsikan oleh para anggota ekskul pecinta lingkungan hidup SMAN 5 yang terkenal dengan sebutan Greenish. Aktifitas yang diikuti beberapa anggota Greenish tersebut turut pula melibatkan perwakilan pengurus OSIS serta MPK sekolah yang berlokasi di Jalan Kusuma Bangsa 21 ini.
Diawali dengan pengumpulan sampah dedaunan di halaman sekolah, mereka melanjutkan dengan mencacah seluruh sampah yang terkumpul. Tak sampai 2 jam, mereka telah selesai menyelesaikan kegiatan pengolahan sampah tersebut. Pencacahan sampah tersebut dilakukan untuk memudahkan pengolahan sampah dedaunan yang cukup banyak jumlahnya supaya menjadi pupuk kompos.
Selama ini sampah-sampah organik tersebut belum diolah sama sekali, sehingga menjadi tumpukan daun tanpa ada tindakan lanjutan. Hal tersebut cukup disayangkan mengingat setiap harinya sekolah selalu menghasilkan sampah dedaunan karena luasnya halaman yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan. Pendapat ini diutarakan oleh Juanda Fadhilah, siswa kelas XII yang juga merupakan ketua Greenish.
“Daripada hanya menjadi tumpukan sampah, kami berinisiatif mengolahnya menjadi pupuk kompos. Kebetulan juga sekolah baru saja memiliki mesin pencacah sampah, jadi sekalian kami fungsikan juga,” ujar Juanda. Ditambahkan pula bahwa mesin pencacah tersebut merupakan donasi dari alumni, sebagai bentuk kepedulian pengembangan lingkungan hidup di SMAN 5. “Jika yang alumni saja peduli, tentu kami yang masih sekolah disini harus lebih peduli dengan kondisi lingkungan hidup sekolah kami,” imbuh Juanda.
Pendapat senada juga keluar dari mulut Alma Kenanga, siswi kelas XII yang turut ikut serta dalam kegiatan pengomposan ini. “Dengan adanya mesin pencacah ini, tentunya harus bisa kami manfaatkan sebaik-baiknya. Nantinya hasil kompos tersebut dapat kami gunakan untuk menanam pohon di sekolah,” tutur Alma yang saat ini masih tercatat sebagai salah satu pengurus MPK. (don/ro)