Lomba Melukis Pot & Pengomposan Sampah Pasar di SMPN 7

SURABAYA – Ahmad Roihan, Ahmad Rahmadhani, Eka Sanjaya Putra, Aditya Surya Firdiansyah, Risky Dwi Maryanto dan Arbelinor Reysasmanda, semuanya kelas 7-1, mengekspresikan peduli lingkungan hidup dengan gambar gunung, laut, tanaman dan langit biru. Menurut mereka lingkungan hidup yang asri bisa diwudkan dengan udara bersih dengan langit biru. 

Ananta Ilham Ramadhan, Sendi, keduanya kelas 7, bersama Tunas Hijau mengumpulkan sampah organik di pasar terdekat dari sekolah
Ananta Ilham Ramadhan, Sendi, keduanya kelas 7, bersama Tunas Hijau mengumpulkan sampah organik di pasar terdekat dari sekolah

Berbeda dengan kelompok kelas 7-1, kelompok peserta kelas 7-8 mengekspresikan kesedihan bumi pada lukisan di samping bis beton yang mereka buat. “Ini adalah gambar bumi yang sedang bersedih karena banyaknya hutan alami yang digunduli dan dirubah menjadi bangunan dan gedung-gedung. Ini adalah gambaran masalah besar lingkungan hidup saat ini,” ujar Berlian Nurul Aini, siswa kelas 7-8. Dalam menyelesaikan lukisan itu, Berlian satu tim dengan Sinta Permatasari, Nico Pratama dan Gilang Permana Putra, yang semuanya adalah siswa kelas 7-8 SMPN 7 Surabaya.

Sinta Permatasari dan semua peserta lomba melukis lingkungan hidup pada bis beton tanaman di SMPN 7 Surabaya, Rabu (19/6), sangat senang dengan pelaksanaan kegiatan ini. “Dengan lomba ini berarti kita turut memperindah sekolah dan mengekspresikan kegemaran menggambar,” kata Sinta Permatasari. Menyediakan cat minyak sendiri untuk menggambar pun tidak menjadi masalah bagi masing-masing kelompok peserta.

Salah satu pot (bis beton) tanaman karya peserta lomba
Salah satu pot (bis beton) tanaman karya peserta lomba

Inti, guru koordinator lingkungan hidup SMPN 7 Surabaya, menjelaskan bahwa lomba ini bertujuan menyeimbangkan upaya menghijaukan dan mempercantik sekolah. “Upaya menghijaukan sekolah kami lakukan dengan menambah pepohonan dengan bis beton karena ada di tepi lapangan olah raga yang dicor semen. Upaya memperindahnya dilakukan dengan melukis bis beton potnya dengan gambar peduli lingkungan,” ujar Inti kepada Tunas Hijau, satu diantara juri lomba ini.

Pasca pelaksanaan lomba, Tunas Hijau mengajak tim lingkungan hidup SMPN 7 Surabaya untuk memanfaatkan dua tong komposter aerob yang baru mereka dapat dari Pemerintah Kota Surabaya. Minimnya sampah organik di dalam sekolah yang bisa dikumpulkan siang itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk memulai melakukan pengomposan dengan media tong itu.

Pasar tradisional yang berada tidak jauh dari SMPN 7 Surabaya pun menjadi sasaran untuk bisa dengan cepat mengumpulkan sampah organik khususnya sisa sayuran dalam waktu singkat. Ananta Ilham Ramadhan, Sendi, keduanya kelas 7, bersama Tunas Hijau, dalam kurun waktu kurang dari 5 menit, berhasil mengumpulkan sampah sayuran dari pasar tradisional itu di media keranjang yang dibawa. Sampah organik yang terkumpul selanjutnya dipotong menjadi berukuran lebih kecil sebelum dimasukkan ke dalam tong pengomposan aerob. (ron)