Mengisi Waktu Liburan, Pembuatan Lubang Resapan Biopori di Jalur Hijau Ir. Soekarno Tetap Lanjut

Surabaya – Memasuki hari libur sekolah, disaat semua siswa sedang merasakan waktu liburan, berbeda dengan yang dilakukan oleh keenam siswa SMPN 40. Dalam kegiatan sejuta lubang resapan biopori yang dilakukan di jalur hijau Jalan Ir. Soekarno, Selasa (25/06). Keenam siswa tersebut menyebutkan bahwa semangat dan rasa cinta terhadap lingkungan yang membuat mereka bersemangat mengikuti kegiatan mingguan ini.

“Meskipun teman-teman kami liburan, tetapi kalau untuk lingkungan kami selalu meluangkan waktu demi masa depan bumi kak, selain itu juga untuk mengisi waktu libur dengan kegiatan yang bermanfaat,” ucap Brigita Shinta Bethari siswa kelas 7. Tidak hanya itu saja, hadirnya 4 mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya dalam kegiatan gerakan sejuta lubang resapan biopori memberi warna tersendiri.

BERJARAK 1 METER : rata-rata lubang resapan yang dibuat peserta berjarak satu meter, hal ini agar bisa mengoptimalkan lahan dan bisa menangkap air hujan lebih banyak lagi
BERJARAK 1 METER : rata-rata lubang resapan yang dibuat peserta berjarak satu meter, hal ini agar bisa mengoptimalkan lahan dan bisa menangkap air hujan lebih banyak lagi

Pasalnya kegiatan yang dilakukan setiap satu minggu sekali itu selalu identik dengan melibatkan siswa, pada pagi itu langsung melibatkan mahasiswi yang berkesempatan melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Tunas Hijau. Seperti yang disampaikan oleh Fitria Dian Istianie, mahasiswi semester 6 ini mengungkapkan pengalaman pertamanya mencoba membuat lubang resapan biopori ini.

“Ini merupakan pengalaman pertama saya mempelajari permasalahan lingkungan sekaligus prakteknya, lumayan capek tetapi saya bangga bisa membuat lubang resapan tangkapan air hujan di Surabaya,” ucap civitas yang asli Sidoarjo ini. Dalam gerakan sejuta lubang resapan ini, kondisi tanah yang dipenuhi batu, krikil dan aspal membuat kedalaman lubang tidak bisa menembus angka 50 centimeter.

Seperti yang disampaikan oleh Satuman, aktivis Tunas Hijau bahwa setiap kali mata bor sudah bertemu dengan batu besar, memerlukan bantuan linggis untuk memecahnya. “Namun tidak semua kondisi tanah bisa dengan mudah di bor, ada yang sudah dibor dan dibantu dengan linggis tetapi tetap saja tidak bisa dibor lagi karena sudah mengandung aspal,” ucap Satuman. Lebih lanjut bahwa kedalaman saat membuat lubang resapan hanya rata-rata sedalam 20 – 25 centimeter saja.

BERSIH-BERSIH SAMPAH : Usai kegiatan tak lantas -pulang, peserta diajak untuk bersih-bersih sampah yang ditemukan di lokasi kegiatan dan menjadi bagian dari kampanye waste wise
BERSIH-BERSIH SAMPAH : Usai kegiatan tak lantas -pulang, peserta diajak untuk bersih-bersih sampah yang ditemukan di lokasi kegiatan dan menjadi bagian dari kampanye waste wise

Karena kendala ini yang membuat dalam gerakan lubang resapan biopori hanya mendapatkan 58 lubang resapan biopori, dengan 7 lubang resapan yang masih belum terpasang pipa paralon. Uniknya lagi, dalam gerakan sejuta lubang resapan biopori ini, Tunas Hijau juga mengajak peserta gerakan ini untuk melakukan kampanye anti penggunaan plastik “Wastewise”.

Diungkapkan oleh Dony Kristiawan bahwa maksud dari kampanye Wastewise ini adalah tidak adanya penggunaan atau tidak menghasilkan plastik selama kegiatan berlangsung. “Maka dari itu kami menggunakan tempat makan dan minum sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik,” ucap Dony Kristiawan.

Selesai membuat lubang biopori ini, peserta yang terdiri dari 6 orang siswa SMPN 40, 4 orang mahasiswa Unibra dan 4 orang anggota Young Eco People (Jaringan pelajar SMA/SMK peduli lingkungan) bersama Tunas Hijau langsung menggelar aksi sapu bersih sampah plastik yang ada disekitar area jalur hijau. Hasilnya, sebanyak 1 karung sampah plastik dari sela-sela tanaman berhasil dikumpulkan. (ryan)