Pelajar SMAN 10 Malang Tertarik Dengan Pengolahan Kertas dan Pengomposan Yang Ada di Taman Flora Bratang

Surabaya – “Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China,” ungkapan tersebut tepat diberikan kepada sedikitnya 80 orang siswa SMAN 10 Malang. Pasalnya, pelajar kota Apel ini harus rela jauh-jauh sampai ke kota Pahlawan untuk belajar mengenai lingkungan. Bersama dengan Tunas Hijau, mereka diajak untuk belajar mengenai pengomposan dan pengolahan sampah kertas., Kamis (20/06).

Dalam pembinaan lingkungan ini, Farras Reyhan Hidayatullah, pelajar kelas 11 ini mengungkapkan bahwa kedatangan teman-temannya ke Surabaya ini dalam rangka Study Tour. “Jadi kalau hanya Study Tour saja kan sayang, makanya saya mengajak mereka untuk belajar lingkungan bersama kakak Tunas Hijau di Taman Flora Bratang,” ucap Farras Reyhan.

Siswa SMAN 10 Malang mempraktekkan bagaimana terjadinya pencemaran air dengan menggunakan perumpamaan botol berisi air yang diisi dengan beragam benda logam dan sampah
Siswa SMAN 10 Malang mempraktekkan bagaimana terjadinya pencemaran air dengan menggunakan perumpamaan botol berisi air yang diisi dengan beragam benda logam dan sampah

Dalam kegiatan ini, mereka dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok pencemaran air dan pengolahan sampah kertas. Konservasi air menjadi isu lingkungan yang dibahas dalam pembinaan lingkungan ini, pelajar sekolah adiwiyata mandiri ini diajak untuk mengenali penyebab pencemaran air.

Menggunakan media gelas kecil, Aulia Majid Udia Huda, aktivis Tunas Hijau menjelaskan bahwa pencemaran air disebabkan oleh beberapa aktivitas manusia seperti contohnya air didalam gelas ini yang tercampur dengan logam. “Tidak hanya logam, tetapi karena sampah juga bisa mencemari air  sungai seperti yang terjadi pada gelas ini,” ucap Aulia Majid.

Tidak hanya itu, dalam materi pencemaran air ini, Aulia Majid, aktivis Tunas Hijau menerangkan bahwa air yang sudah tercemar tidak bisa dijernihkan, sedangkan air jernih itu mudah untuk dicemari. “Intinya kondisi air di Bumi ini sudah kritis, maka dari itu perlu dilakukan upaya penyelamatan air dengan cara melakukan penghematan air,” ucap Aulia Majid.

Anggriyan, aktivis Tunas Hijau mengajak siswa SMAN 10 Malang untuk praktek langsung membuat kertas daur ulang menggunakan bahan kertas bekas yang mereka punya
Anggriyan, aktivis Tunas Hijau mengajak siswa SMAN 10 Malang untuk praktek langsung membuat kertas daur ulang menggunakan bahan kertas bekas yang mereka punya

Sementara itu, kelompok lainnya diajak untuk melakukan pengolahan sampah kertas bekas menjadi kertas baru. Menurut penjelasan Anggriyan Permana, aktivis Tunas Hijau bahwa setiap harinya  seorang pelajar SMAN 10 ini menghabiskan sedikitnya 20 lembar kertas. 

“Hal ini sama dengan setiap harinya kalian menghasilkan 1 rim kertas setiap harinya yang artinya satu minggu kalian menghasilkan 7 rim kertas. Kalau dihitung berdasarkan banyaknya pohon, kalian sudah menebang 7 pohon setiap minggunya untuk konsumsi kertas kalian,” jelas Anggriyan. Tampaknya pengolahan sampah kertas inipun menarik minat mereka untuk mencobanya. Beberapa siswapun dengan cekatan langsung mencoba membuat kertas.

Menurut Lila Tri Agustin, siswa kelas 11 ini mengaku ketagihan membuat kertas daur ulang ini, terlebih hal ini merupakan pengalaman pertamanya. “Saya ingin sekali menerapkan membuat kertas daur ulang ini di sekolah. mengingat banyak teman-teman saya di sekolah yang menghasilkan banyak sampah kertas,” ucap Lila Tri Agustin sambil memegang screen atau alat cetaknya.

Sebagai bonusnya, mereka juga diajak untuk melihat proses pengomposan di rumah kompos Taman Flora Bratang. Pengomposan komunal skala besar ini menarik perhatian dari pelajar sekolah di jalan raya Tlogowaru ini. Seperti yang disampaikan oleh Rizky Mubarak, siswa kelas 11 ini  bahwa pengomposan komunal ini ingin diterapkan di sekolahnya.(ryan)