Sambung Nyawa di SMPN 38 dan Challenge Pengomposan
Tanaman sambung nyawa dipilih sebagai maskot atau ikon SMPN 38 Surabaya. Alasannya, karena banyaknya manfaat tanaman dengan nama latin Gynura procumbens (Lour.) Merr. ini. Diantara manfaatnya adalah untuk mengobati penyakit diabetes melitus, darah tinggi, radang pita tenggorokan, sinusitis, tumor, lever, ambeien, kolesterol tinggi, maag, kena bisa ulat, eksim, bisul dan tetanus.
Tanaman sambung nyawa hasil pembibitan stek yang dilakukan oleh tim lingkungan hidup SMPN 38 Surabaya dibagikan kepada para mitra sekolah yang beralamat di Jalan Kutilang ini. Pembagian tanaman sambung nyawa ini dilakukan saat Adiwiyata Fair yang mereka selenggarakan di sekolah dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Selasa (18/6).
Diantara mitra SMPN 38 yang menerima tanaman sambung nyawa ini adalah SDN Perak Barat, SMPN 7, Tunas Hijau, Badan Lingkungan Hidup Surabaya, SMPN 5, kelurahan Krembangan Selatan, RW XV kelurahan Krembangan Selatan, UPTD BPS kecamatan Krembangan, RT setempat, Bek Ang Lantamal, dan SDN Krembangan Selatan X.
Selain penyerahan tanaman sambung nyawa, Adiwiyata Fair ini juga diisi dengan peragaan busana daur ulang dari kain bekas pembungkus makanan berkat dan pementasan drama. Ada beberapa tema drama yang ditampilkan oleh perwakilan kelas. Ada tema peduli sampah, peduli air, keanekaragaman hayati dan makanan kantin sehat. “Penampilan dramanya seru. Bikin k etawa dan ada pesan peduli lingkungan hidupnya,” kata Zamroni, aktivis senior Tunas Hijau.
Pada sambutan yang disampaikan, Mochamad Zamroni menyampaikan kekagumannya dengan beragam kegiatan peduli lingkungan hidup yang diselenggarakan seluruh warga SMPN 38 Surabaya tanpa kecuali. “Setiap individu warga sekolah yang ikut kegiatan peduli lingkungan hidup ini melakukannya dengan senang gembira. Kegiatan seperti ini seharusnya bisa digelar beberapa kali dalam setahun. Tidak hanya saat peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Maklum, kita harus menyegerakan penyediaan lingkungan hidup yang berkualitas,” kata Zamroni dalam sambutannya.
Pasca Adiwiyata Fair, Tunas Hijau mengajak beberapa guru dan siswa penggiat lingkungan hidup SMPN 38 Surabaya untuk memulai pengoperasian tong pengomposan aerob. Ada empat tong pengomposan yang diterima dari Badan Lingkungan Hidup Surabaya beberapa hari sebelumnya. Siang itu, menjadi hari pengoperasian tong pengomposan di SMPN 38. Tunas Hijau mengajarkan cara penggunaan tong pengomposan itu sebelum mereka mulai mengoperasikannya. Namun, minimnya lahan menjadi tantangan tersendiri dalam menempatkan komposter itu.
Pengoptimalan keranjang pengomposan atau yang biasa dikenal dengan sebutan Takakura juga dilakukan pasca Adiwiyata Fair. Challenge (tantangan) diberikan Tunas Hijau kepada tim lingkungan hidup SMPN 38 untuk mengoptimalkan 2 keranjang pengomposan yang dimiliki sekolah dan nampak tidak dimanfaatkan. Tim lingkungan hidup sekolah ini pun di-challenge untuk mengisi penuh kedua keranjang pengomposan itu dengan sampah organik khususnya sampah organik dapur. (ron)