SMAN 8 Dan SMPN 11 Berhasil Membuat 200 Lubang Biopori Dalam 2 Jam Di Jalur Hijau Iskandar Muda

Surabaya – Upaya konservasi air melalui gerakan sejuta lubang resapan dilakukan oleh sedkitnya 30 orang siswa perwakilan dari SMPN 11 dan SMAN 8. Sebanyak 200 lubang resapan biopori telah berhasil dibuat oleh kedua sekolah yang berada di daerah Jalan Raya Pegirian ini.
Gerakan sejuta lubang resapan yang digagas Tunas Hijau bersama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) ini sudah dimulai sejak di Kenjeran, berlanjut Ir Soekarno dan kini di jalur hijau Jalan Raya Pegirian, Rabu (20/06).

Penuh semangat kader lingkungan membuat lubang resapan biopori di jalur hijau di tengah-tengah lalu lalang kendaraan bermotor
Penuh semangat kader lingkungan membuat lubang resapan biopori di jalur hijau di tengah-tengah lalu lalang kendaraan bermotor

Menurut penuturan Satuman, aktivis Tunas Hijau bahwa gerakan sejuta lubang resapan ini akan terus digalakkan dengan mengajak sekolah-sekolah terlibat didalamnya. “Lokasinya akan berpindah-pindah, tetapi yang pasti adalah jalur hijau di tengah jalan, dengan melibatkan sedikitnya 30 orang siswa, targetnya adalah sebanyak 200 lubang resapan biopori dalam 2 jam,” ucap Satuman.

Dalam gerakan lubang resapan biopori ini, jalur hijau daerah utara lebih diutamakan terlebih dahulu karena letaknya yang dekat dengan laut. “Karena letaknya dekat dengan laut, maka upaya penyelamatan air tanah dilakukan dengan membuat biopori agar air hujan bisa terserap kedalam tanah, sedangkan air laut tidak sampai naik dan bercampur dengan air tanah,” imbuh Satuman kepada kader lingkungan SMPN 11.

Tanpa Kenal Lelah, kader lingkungan SMAN 8 didampingi guru pembina lingkungan bersemangat membuat lubang resapan biopori di depan sekolahnya, jsebanyak 200 lubang resapan biopori berhasil dibuat dalam waktu 2 jam
Tanpa Kenal Lelah, kader lingkungan SMAN 8 didampingi guru pembina lingkungan bersemangat membuat lubang resapan biopori di depan sekolahnya, jsebanyak 200 lubang resapan biopori berhasil dibuat dalam waktu 2 jam

Pelaksanaan lubang resapan biopori ini dilakukan di dua tempat yang berbeda yakni dimulai dari depan SMPN 11 dan SMAN 8. Hal ini seperti yang disampaikan Anggriyan Permana, aktivis Tunas Hijau bahwa pelaksanaan biopori dimulai dari depan sekolah masing-masing. “Setelah dari depan sekolah kemudian bergeser sampai bertemu di tengah-tengah jalur hijau. Masing-masing orang harus membuat minimal 10 lubang resapan biopori,” ucap Anggriyan.

Kondisi tanah yang sebagian besar adalah pasir dan batu membuat mereka tampak kewalahan dalam membuat lubang resapan biopori ini. Menurut penuturan Syaiful Bustomi, siswa kelas 11 ini mengungkapkan sempat kesusahan dalam membuat lubang biopori karena banyak terdapat batu didalamnya. “Ini merupakan pertama kalinya saya membuat lubang resapan biopori, sebelumnya saya hanya siswa biasa yang ikut ekskul sepak bola,” ucap Syaiful Bustomi.

Pengalaman ini pun juga dirasakan oleh teman-temannya yang lain, namun karena pengalaman pertama ini, Syaiful berkeinginan untuk meneruskan pembuatan biopori ini di sekolahnya. “Saya ingin sekali membuat lubang resapan biopori di sekolah kak, kalau boleh saya boleh pinjam bor bioporinya kak,” tutur Syaiful.

Sementara itu, lain halnya dengan yang dirasakan oleh kader lingkungan SMPN 11, Choirina Tamimi, siswa kelas 8 yang terlihat cekatan membuat lubang resapan biopori ini. “Saya sudah sering buat lubang resapan biopori ini di sekolah kak, jadinya tidak masalah tetapi hanya saja tanahnya susah karena banyak batunya harus dihancurkan terlebih dulu,” ucap Choirina Tamimi, ketua kader lingkungan.

Hal ini membuat kader lingkungan SMPN 11 berhasil membuat sebanyak 150 lubang resapan dalam waktu 2 jam, sedangkan kader lingkungan SMAN 8 hanya membuat sebanyak 50 lubang resapan dengan jumlah kader 5 orang. Lebih lanjut, gerakan lubang resapan biopori ini akan terus berlanjut dengan target melibatkan lebih banyak siswa dan membuat lebih banyak lubang resapan biopori di jalur hijau.(ryan)