SMK Sri Bestari Kuala Lumpus Kagumi Program Lingkungan SMAN 21
SURABAYA – Dua puluh empat program lingkungan hidup SMAN 21 Surabaya membuat 19 orang pelajar dan guru rombongan SMK (Sekolah Menengah Kebangsaan) Sri Bestari Kuala Lumpur, Malaysia, berdecak kagum. Diantaranya adalah program pengomposan dengan sikaru atau komposter, urban farming, green house, kolam ikan lele dan IPAL (instalasi pengolahan air limbah).
Menurut Siti Laila, kepala SMAN 21, bahwa banyaknya jumlah program lingkungan ini dimulai sejak tahun 2011. “24 program lingkungan ini kami mulai sejak tahun 2011 dengan mengikuti program Surabaya Eco School. Awalnya hanya ada 12 program lingkungan hidup di tahun pertama. Sampai sekarang ada 24 program lingkungan,” ucap Siti Laila.
Fakta lingkungan tersebut disampaikan kepada rombongan tamu SMK Sri Bestari dari Malaysia saat menerima lawatan lingkungan bersama Tunas Hijau di SMAN 21, Selasa (4/6). Dalam lawatannya ini, rombongan pelajar dan guru SMK Sri Bestari ini dihibur dengan tarian tradisionl, tari Topeng.
Rombongan pelajar dan guru yang berjumlah 19 orang ini semakin kagum dengan sekolah yang berada di Jalan Argopuro ini dengan adanya olahan minuman lidah buaya. “Saya sangat kagum dan terkejut, ternyata di Surabaya, tanaman lidah buaya yang banyak ditemui di Malaysia diolah menjadi minuman yang enak,” ucap Shamsul Mumtaza, salah satu anggota rombongan Malaysia.
Olahan minuman dari lidah buaya yang diberi nama Nata de Aloe ini menjadi minuman favorit saat disajikan kepada tamu dari Malaysia ini. Selain minuman Nata de Aloe, rombongan pelajar SMK Sri Bestari ini juga diajak untuk melihat beberapa program lingkungan seperti cafe Ramli (ramah lingkungan), urban farming, green house, kolam ikan lele dan IPAL (instalasi pengolahan air limbah).
Shamsul Mumtaza, guru pendamping SMK Sri Bestari, sangat tertarik dengan adanya konsep cafe Ramli di sekolah. “Saya suka dengan konsep cafe Ramli ini, mengajak orang lain juga peduli lingkungan melalui upaya mengurangi sampah plastik dengan adanya cafe Ramli ini,” ujar Shamsul Mumtaza.
Sementara itu, 14 orang pelajar yang masih berusia 16 tahun ini diajak oleh kader lingkungan untuk belajar mengenai urban farming, pupuk sikaru, hutan sekolah dan green house. Uniknya, dalam urban farming ini, pelajar dari Kuala Lumpur ini diajak untuk praktek langsung pembibitan sawi. Ekspresi kaget pun mereka tunjukkan, karena pembibitan merupakan hal pertama yang mereka lakukan. Menggunakan pipa panjang sebagai tempat pembibitannya, Shevvandran, pelajar berdarah Sri Lanka, tampak sangat antusias mencampur tanah dan komposnya.
“Saya ingin lepas dari Surabaya, tiba di Malaysia menanam bibit sebanyak-banyaknya. Pembibitan ini ternyata susah sekali, tidak semudah saat kita makan yang sudah jadi,” ujar Sevvandran kepada Tunas Hijau. Tidak hanya siswa saja, Roesli, guru pendamping lainnya ini pun sangat antusias melihat dan mempelajari konsep IPAL dan green house yang didalamnya ada kolam ikan lele.
“Saya tertarik sekali dengan adanya IPAL ini, saya ingin merealisasikannya di sekolah, supaya murid-murid ini tidak membuang-buang air sembarangan lagi,” tutur Roesli guru Geografi ini. Di akhir kunjungan ke salah satu sekolah terbaik Surabaya Eco School 2012 ini, SMK Sri Bestari mengajak SMAN 21 menandatangani kesepakatan bersama dan langsung ditandatangani oleh kedua petinggi sekolah. (ryan/ro)