Tanam Pohon, Urban Farming, Daur Ulang Kertas, Pengomposan dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya SMK Sri Bestari di Markas Tunas Hijau
SURABAYA – Tanam pohon menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan oleh 19 orang pelajar dan guru SMK Sri Bestari Kuala Lumpur, Malaysia. Uniknya tanam pohon ini dilakukan di lahan kosong fasilitas umum di depan Masjid Baitul Jabbar di sekitar markas Tunas Hijau, di daerah Semolowaru, Rabu (5/6).
Sebanyak 7 pohon berukuran 2 meter jenis kedondong ditanam bersama dengan Tunas Hijau dan melibatkan pengurus kampung yang diantaranya Ketua RW VII (Rukun Warga) Semolowaru Teddi dan perwakilan ta’mir Masjid Baitul Jabbar. Tantangannya, dalam tanam pohon ini, rombongan sekolah dari Malaysia ini harus memulai dengan membuat lubangnya dulu.
Antusias dan semangat tinggi ala pemuda pun ditunjukkan oleh pelajar yang rata-rata berusia 16 tahun ini. Seperti yang dilakukan oleh Shevvandran, salah seorang siswa SMK Sri Bestari, yang dengan penuh kekuatan membuat lubang sedalam 50 centimeter.
“Ternyata tanam pohon susah juga. Yang paling susah adalah membuat lubang dulu. Semoga pohon yang akan ditanam ini bisa tumbuh besar,” ucap Shevvandran. Sementara itu, Nadia Izzati, siswa SMK Sri Bestari, menyahuti ucapan yang disampaikan oleh Shevvandran bahwa kelak jika mereka kembali lagi ke Surabaya, mereka ingin melihat pohon yang ditanamnya sudah tumbuh besar dan berbuah.
Teddi, ketua RW VII Semolowaru ini menuturkan kebanggaannya karena kampungnya disinggahi oleh sekolah dari Malaysia. “Ini adalah pertama kalinya kampung saya kedatangan tamu dari luar negeri. Selain itu, saya bangga karena mereka juga melakukan kegiatan lingkungan tanam pohon bersama Tunas Hijau,” ucap Teddi. Lebih lanjut, dia berharap semoga pohon kedondong dan sawo kecik ini bisa cepat tumbuh besar dan buahnya bermanfaat bagi warganya.
Tidak hanya menanam pohon saja, pelajar SMK Sri Bestari ini juga diajak Tunas Hijau untuk melakukan urban farming melalui pembibitan tanaman kangkung. Disampaikan oleh Bambang Soerjodari, aktivis Tunas Hijau, bahwa one person one polibag atau satu orang satu polibag.
”Pertama kali yang harus kalian lakukan adalah mengisi polibag dengan campuran tanah, sekam dan kompos,” ucap Bambang. Pengalaman pertama ini disampaikan oleh Marcus Ang, yang sampai bisa mendapatkan 5 polibag. “Pembibitan ini akan saya tiru di rumah atau di sekolah. Saya juga berharap bibit yang saya tabur ini bisa tumbuh dan cepat panen kangkungnya,” ucap Marcus Ang.
Kunjungan ke markas Tunas Hijau ini diakhiri dengan pengolahan sampah kertas bekas menjadi kertas baru atau sering disebut kertas daur ulang. Rombongan pelajar yang berasal dari Kuala Lumpur ini terkejut melihat kertas bekas bisa menjadi kertas baru lagi, meskipun bentuknya seperti kertas buram.
“Dalam daur ulang kertas ini, banyak upaya penyelamatan lingkungan yang dilakukan seperti penghematan air, daur ulang kertas dan hemat energi,” ucap Mochamad Zamroni, aktivis senior Tunas Hijau. Penasaran ingin mencobanya, Sherr Anne, siswa berusia 16 tahun, bersama dengan Sylvia Heng mencobanya dengan hati-hati. “Saya ingin membawa kertas daur ulang buatan kami kembali ke Malaysia, supaya bisa saya tunjukkan ke teman-teman nanti,” ucap Sherr Anne.
Peninjauan penggunaan sumber listrik ramah lingkungan di markas Tunas Hijau menjadi kegiatan terakhir yang dilakukan rombongan pelajar dan guru SMK Sri Bestari Kuala Lumpur di markas Tunas Hijau. “Saat ini kami menggunakan 3 panel dengan 300 watt untuk penangkap sinar matahari menjadi energi listrik. Daya listrik dari sinar matahari itu disimpan dalam baterai 150 ampere. Masih 1/3 kebutuhan listrik markas Tunas Hijau yang disuplai dari pembangkit listrik tenaga surya ini,” kata Zamroni. (ryan/ro)