Berkunjung ke Markas Tunas Hijau, Warga RW VIII Kelurahan Pegirian Bawa Pulang Sawi

SURABAYA – Markas Tunas Hijau mendadak ramai diserbu lebih dari 30 Kader Lingkungan dari 7 RT berbeda untuk study lingkungan tentang pengolahan sampah dan urban farming, Minggu (14/07). Kunjungan lingkungan tersebut dilatarbelakangi niatan warga RW VIII Kelurahan Pegirian menjadikan kampungnya berbudaya lingkungan.

Tidak hanya sekedar tanya jawab saja dengan beberapa aktivis Tunas Hijau, puluhan kader lingkungan kampung peserta lomba kebersihan lingkungan kampung ini juga diajak untuk langsung study kasus permasalahan di kampung mereka.

SIAPA CEPAT : Tak pandang bulu, sudah diatur tidak berebut, tetap saja bagi PKK memanen secara gratis merupakan kegiatan yang menyenangkan serta menguntungkan
SIAPA CEPAT : Tak pandang bulu, sudah diatur tidak berebut, tetap saja bagi PKK memanen secara gratis merupakan kegiatan yang menyenangkan serta menguntungkan

Menurut Suyitno, Ketua RW VIII kelurahan Semampir ini, warganya sering mengalami kegagalan saat mencoba melakukan pertanian perkotaan menggunakan polibag ini karena adanya hama tikus. “Kami sudah berupaya untuk melakukan pembibitan sawi dan cabai tetapi bibit tanaman kami malah mati karena dirusak tikus. Nah, bagaiamana solusinya ya?” tanya Suyitno kepada Tunas Hijau.

Dengan tersenyum, Bambang Soerjodari, aktivis Tunas Hijau menyampaikan bahwa cara alami untuk mengusir hama tikus adalah dengan menggunakan buah pohon bintaro. “Silahkan dicoba dengan mencacah buah pohon bintaro yang bulat hijau tersebut kemudian hasil cacahannya disebarkan ke daerah jalur lewatan tikus tersebut. Buah bintaro tersebut beracun kalau dikupas, jadi tikus pasti lari bu,” terang Bambang Soerjodari.

Dalam kunjungan ini, mereka pun diajak untuk memanen tanaman sawi yang ada di lahan urban farming Tunas Hijau. Uniknya, panen sawi tersebut dilakukan bersama dengan ibu PKK perumahan Semolowaru Indah. Tidak sampai 10 menit, sawi yang sebanyak 2 banjar tersebut habis dipanen. Hal ini pun masih ditambah dengan sawi yang ada di depan markas Tunas Hijau.

PROSES PENGOMPOSAN : Pengolahan sampah organik daun dan buah dibuat dengan alami, lebih praktis dan tidak membutuhkan banyak biaya.
PROSES PENGOMPOSAN : Pengolahan sampah organik daun dan buah dibuat dengan alami, lebih praktis dan tidak membutuhkan banyak biaya.

Menurut penuturan Budi Trimartono, Fasilitator Lingkungan Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir ini mengungkapkan bahwa kesempatan berkunjung dan belajar di markas Tunas Hijau di bulan ramadhan merupakan satu keuntungan tersendiri. “Keuntungannya adalah kami dapat kesempatan memanen sawi dalam jumlah banyak apalagi secara gratis. Sawinya bisa dibuat masakan untuk buka puasa nanti,” ujar Budi Trimartono.

Lebih lanjut, karena kunjungan lingkungan ini mereka menjadi termotivasi untuk mencoba lagi. Rombongan kader lingkungan inipun tertarik dengan metode pengomposan skala besar milik Tunas Hijau. mereka pun berencana untuk menerapkan metode pengomposan tersebut di wilayah kampung mereka masing-masing.

“Kami berencana untuk menerapkan metode pengomposan ini di kampung kami, namun dengan skala yang lebih kecil, yaitu satu kotak pengomposan untuk 10 rumah,” ucap Suyitno, ketua RW VIII. Diakhir kunjungan lingkungan ini, kader lingkungan peserta lomba kebersihan kampung ini mendapatkan hadiah berupa bibit tanaman cabai dan terong dari Tunas Hijau. “Semoga bibit tanaman ini bermanfaat ya bu,” ucap Bambang. (ryan)