Terus Berlanjut, 52 Lubang Biopori Dihasilkan Dalam Gerakan Lubang Resapan Manyar Kertoarjo
SURABAYA – Gerakan sejuta lubang resapan biopori terus berlanjut. Jalan Raya Manyar Kertoarjo menjadi lokasi baru pembuatan daerah tangkapan air hujan yang digelar Tunas Hijau, Jumat (05/07). Gerakan lubang biopori berkelanjutan yang melibatkan puluhan simpatisan lingkungan Universitas Brawijaya dan Young Eco People (Jaringan Pelajar SMA/SMK Peduli Lingkungan).
Seperti yang disampaikan oleh Nur Khusnah, simpatisan lingkungan Universitas Brawijaya ini menyatakan bahwa gerakan ini digelar setiap dua kali dalam satu minggu. “Setiap dua hari dalam seminggu kami terus berlanjut menggelar gerakan ngebor bareng ini, kami ingin memperbanyak daerah tangkapan air hujan dengan melibatkan masyarakat Surabaya,” kata Nur Khusnah, mahasiswa semester 6.

Sedikitnya 52 lubang biopori berhasil dibuat didepan SAMSAT Kertajaya berbekal 10 bor biopori dan 2 buah linggis. Dalam gerakan lubang biopori ini, Bambang Soerjodari, aktivis Tunas Hijau menambahkan bahwa kondisi tanah disetiap tamannya berbeda pada jalur hijau di tengah jalan raya ini.
Beberapa temuan pun ditemui Tunas Hijau selama membuat lubang resapan biopori ini, diantaranya kondisi tanah yang banyak batu, tanah aspal sampai tidak adanya pipa paralon yang biasanya digunakan untuk penahan sampah organiknya. Namun kendala tersebut tidak menurunkan semangat mereka dalam membuat lubang tangkapan air hujan.
Menurut Fitri Dian Istianie, mahasiswa Brawijaya Malang ini mengaku sudah terbiasa menemui kendala banyak batu dan aspal. “Kami sudah terbiasa dengan kendala tanah banyak batu, aspal sampai tidak adanya pipa. Khusus pipanya, tanpa pipa pun lubang resapan biopori masih berfungsi kok, karena yang terpenting diisi oleh sampah organiknya,” terang Fitri Dian, mahasiswa asal Sidoarjo.
Sementara itu, kendala lainnya disampaikan oleh Oktania yang terlihat kesusahan saat membuat lubang resapan biopori. Menurut Oktania banyaknya akar-akar pohon besar membuat dirinya sering berganti tempat membuat lubang resapannya

“Agak susah membuat lubang resapan biopori di Jalur Hijau ini, tanah yang mau dibor seringkali terhambat oleh akar pohon. Jadi terpaksa harus dihancurkan dengan linggis,” ucap Anggriyan, aktivis Tunas Hijau. Diakhir kegiatan ini, Tunas Hijau mengajak pemuda peduli lingkungan ini untuk operasi sampah plastik yang banyak ditemui disela-sela tanaman.
“Ayo setelah selesai semua, kita ambil sampah plastik yang ada dijalur hijau ini agar air hujan yang turun bisa teresap dan tertangkap dengan baik,” ajak Mochammad Zamroni, aktivis senior Tunas Hijau. (fitri/ryan)