Gerakan Lubang Resapan, Inspirasi SMKK Mater Amabilis Buat 50 Lubang Biopori di Sekolah

SURABAYA – Gerakan sejuta lubang resapan biopori yang digagas Tunas Hijau terus berlanjut. Kali ini, mengundang keterlibatan siswa SMKK Mater Amabilis untuk berpartisipasi dalam kegiatan lubang resapan tersebut. Sedikitnya 25 orang siswa kader lingkungan ditambah satu guru pendamping turut meramaikan kegiatan lubang resapan yang berlokasi di jalur hijau jalan Raya Kenjeran, Kamis (25/07).

Menurut penuturan Bambang Sentosa, guru pendamping dalam kegiatan ini, mengatakan bahwa kegiatan kali ini menjadi kesempatan bagi tim kader lingkungan untuk mengenalkan kegiatan lingkungan kepada anggota baru mereka.

Kondisi tanah yang kering dan banyak batu membuat kegiatan lubang resapan harus menggunakan linggis untuk memecahnya
Kondisi tanah yang kering dan banyak batu membuat kegiatan lubang resapan harus menggunakan linggis untuk memecahnya

“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa kami, agar mereka mendapatkan pengalaman yang berbeda dari apa yang pernah mereka dapatkan di sekolah,” tutur Bambang Sentosa. Dalam kegiatan lubang resapan ini, satu persatu mereka tampak antusias membuat lubang resapan biopori ini. terlebih bagi sebagian siswa yang baru pertama kali mengikuti kegiatan lubang resapan biopori ini.

“Masih ada sebagian siswa yang baru pertama kali ikut kegiatan lubang biopori kak, jadi ya pastinya mereka akan terasa kaku dan banyak meminta bantuan,” ucap Agatha, siswa kelas 11. Anggriyan, aktivis Tunas Hijau menjelaskan alasan mereka harus membuat lubang resapan biopori di area jalur hijau ini. Kondisi tanah yang kering membuat airpun susah meresap kedalam tanah.

Nah, untuk bisa meresap kedalam tanah dibutuhkan lubang resapan biopori ini agar bisa meresap dengan cepat kedalam tanah. Daun kering yang diisikan kedalam lubang tersebut menjadi makanan bagi cacing didalam tanah, cacing tersebut membuat jalan yang akan dilalui mencari makanannya. Jalur yang dibuat oleh cacing tersebut yang digunakan sebagai jalan resapan air hujan kedalam tanah,” terang Anggriyan.

Keceriaan kader lingkungan SMKK Mater Amabilis seusai membuat lubang resapan biopori di jalur hijau jalan Raya Kenjeran bersama Tunas Hijau
Keceriaan kader lingkungan SMKK Mater Amabilis seusai membuat lubang resapan biopori di jalur hijau jalan Raya Kenjeran bersama Tunas Hijau

Kegiatan lubang resapan yang bertujuan untuk membuat daerah tangkapan air hujan di jalur hijau ini mendapat banyak respon dari kader lingkungan baru SMKK Mater Amabilis tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Alexander, siswa kelas 11 ini mengungkapkan ketertarikannya mengikuti kegiatan lingkungan seperti ini lagi.

“Meskipun melelahkan, tetapi kegiatan kami tadi seru sekali, rasanya tidak sebanding dengan manfaat yang akan ditimbulkan setelah kami membuat lubang resapan ini bahwa air hujan akan semakin cepat meresap kedalam tanah,” terang Alexander. Lain halnya seperti yang diucapkan oleh Ayu Febiolla, siswa kelas 11 ini merasakan bahwa membuat lubang resapan biopori ini tidak semudah seperti yang dibayangkan.

“Ternyata membuat lubang resapan biopori itu tidak mudah kak, kondisi tanah berpengaruh. Saya tadi sempat kesusahan saat membuat lubang bioporinya karena kondisi tanah yang kering ditambah didalamnya terdapat banyak batu dan kerikil sehingga harus dipecahkan menggunakan linggis dulu,” ujar Ayu Febiolla. Lebih lanjut, pengalaman pertama tersebut tidak akan bisa dilupakan siswa berusia 16 tahun ini.

Sementara itu tanggapan berbeda disampaikan oleh Gracellyn Estrellita, siswa kelas 11 ini mengungkapkan bahwa kegiatan lubang biopori ini memberinya inspirasi yang berencana untuk menerapkan kegiatan yang sama di sekolahnya.

“Karena di sekolah banyak tamannya, kami berencana membuat lubang resapan di sekeliling taman tersebut. Target kami adalah lebih dari 50 lubang resapan,” ucap Gracellyn Estrellita, siswa berkacamata ini. Lebih lanjut, sebanyak 51 lubang resapan berhasil dibuat dalam waktu 2 jam, merekapun lantas kembali ke sekolah dengan ekspresi sumringah. (ryan)