Pembangunan Sekolah, Bukan Jadi Hambatan Sekolah Terapkan Budaya Ramah Lingkungan

BABAT – Umumnya pembangunan gedung baru sekolah dijadikan alasan untuk tidak melakukan kegiatan lingkungan di sekolah. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi SMK Kesehatan Nurul Ummah, Rabu (03/07). Pasalnya meskipun banyak berserakan materil pembangunan di halaman mereka, aktivitas Jumat bersih dan piket lingkungan masih bisa berjalan.

Hebatnya, pembangunan gedung baru ini menjadi semangat baru untuk bisa menata sekolah yang lebih mengarah pada sekolah ramah lingkungan. Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Robbi Nugroho, wakil kepala urusan kesiswaan dalam pembinaan lingkungan dalam rangka Masa Orientasi Siswa di sekolahnya.

Aktivis Tunas Hijau menjelaskan tentang fakta-fakta kerusakan lingkungan akibat dari pemanasan global
Aktivis Tunas Hijau menjelaskan tentang fakta-fakta kerusakan lingkungan akibat dari pemanasan global

Dalam kondisi penataan dan pembangunan gedung banyak materil yang berserakan. Namun, hal tersebut tidak membuat semangat dan niat untuk menjadikan sekolah ramah lingkungan kendor. “Kegiatan Jumat bersih dan piket kami masih berjalan, meskipun mengandalkan keterbatasan kemampuan kami. Tujuannya saya ingin sekolah ini berwawasan lingkungan, karena saya ingin menjadi sekolah adiwiyata,” tuturnya.

Lebih lanjut, dirinya mengaku telah mendapat bantuan tanaman dari dinas setempat, namun belum bisa direalisasikan. “Sebenarnya kami dapat bantuan untuk penyediakan tanaman, namun belum bisa diterima karena tidak sesuai dengan konstruksi bangunan atau master plan  kami,”lanjut Robbi biasa disapa. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan minat mereka untuk mewujudkan sekolah ramah lingkungan.

“Saya tidak akan menyerah untuk perbaikan lingkungan saya, maka dari itu saya mendatangkan tim Tunas Hijau untuk membina kami terlebih dalam hal pendidikan lingkungan,”jelas pria bertubuh tambun tersebut. Tidak sendirian, guru yang secara khusus menangani siswa ini ditemani oleh Arya Kamandono, salah seorang guru yang dulu pernah mengikuti kegiatan Tunas Hijau.

Pembangunan gedung baru yang menjadikan kendala siswa tidak bisa bergerak bebas melakukan aktivitas lingkungan
Pembangunan gedung baru yang menjadikan kendala siswa tidak bisa bergerak bebas melakukan aktivitas lingkungan

Menurut Arya Kamandono, untuk bisa merealisasikan sekolahnya menjadi sekolah yang ramah lingkungan, perlu adanya pembelajaran lingkungan bagi siswanya untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan. “Saya berharap agar teman-teman Tunas Hijau bisa mengajak mereka untuk lebih peduli lingkungan dan bisa membuat program lingkungan untuk dijalankan di sekolah ini,” ucap Dono.

Salah satu program lingkungan yang ingin diterapkan di sekolah adalah dengan membuat sekolahnya tampak hijau penuh dengan tanaman. Selain itu, kegiatan kerjabakti setiap satu minggu sekali pun sudah mulai rutin dijalankannya, meskipun renovasi gedung menjadi kendalanya.

”Target kami untuk yang pertama adalah mulai membiasakan siswa untuk bisa berperilaku ramah lingkungan, dengan mulai membuang sampah pada tempatnya sampai memilah sampahnya. Baru selanjutnya kami memikirkan cara membuat sekolah terlihat hijau dengan penambahan tanaman dari siswa,” terang Dono, guru yang berasal dari Surabaya.

Keinginan tersebut mendapatkan tanggapan positif dari Ali Felyndra aktivis Tunas Hijau yang mengisi kegiatan tersebut. Menurut Ali, langkah yang diambil oleh SMK Kesehatan Nurul Ummah cukup bagus. “Mereka memiliki semangat yang tinggi untuk perubahan perilaku mereka,”tutur Ali.

Ali Felyndra juga menambahkan dengan memberikan pengenalan dan menyusun program mereka sejak awal tahun ajaran bisa membantu mereka merealisasikan keinginan kedua guru mereka. “Saya harap ini bisa jadi contoh bagi sekolah lain yang akan memulai kegiatan lingkungan mereka,”harap Ali. (AL)