Realisasikan 40 Lubang Resapan Biopori, Peserta Kemah Hijau Nganjuk Rencanakan Buat Biopori di Sekolah

NGANJUK – Salah satu upaya konservasi air yang diperkenalkan Tunas Hijau kepada 40 orang peserta Kemah Hijau Nganjuk adalah pembuatan lubang resapan biopori. Dalam gelaran kemah hijau Kabupaten Nganjuk yang diikuti oleh 17 SMP dan SMA/SMK se Kabupaten Nganjuk ini,Jumat(28/06). Mereka diajak untuk membuat lubang resapan biopori di saluran air SMAN 1 Tanjung Anom selaku tuan rumah kemah hijau ini.

Menurut penuturan Ali Felyndra, aktivis Tunas Hijau bahwa pembuatan biopori ini salah satu upaya konservasi air dengan menangkap air hujan. “Dengan membuat lubang resapan biopori ini, kalian sudah melakukan upaya penyelamatan air dengan menangkap air hujan agar dialirkan kedalam tanah,” ucap ali Felyndra.

Tanpa mengenal lelah, peserta kemah hijau Nganjuk ini secara bergantian membuat lubang resapan biopori di saluran air depan taman sekolah
Tanpa mengenal lelah, peserta kemah hijau Nganjuk ini secara bergantian membuat lubang resapan biopori di saluran air depan taman sekolah

Dalam kemah hijau ini, materi pembuatan lubang resapan biopori ini membuat peserta kemah penasaran untuk mencobanya. Menunjukkan tempat yang tepat untuk dibuat lubang biopori, Ali menunjukkan bahwa lokasi yang paling tepat adalah saluran air ataupun taman.Berjajar rapi, peserta kemah hijau ini pun langsung mempraktekkan membuat lubang resapan biopori di saluran air dekat taman sekolah.

Menurut penuturan Eka Lala Sari, siswa SMPN 2 Nganjuk membuat lubang resapan ini sangatlah susah dan melelahkan. “Kak, kenapa lubang biopori ini harus diisi dengan sampah daun kering dan apa fungsinya kak,” tanya Eka Lala Sari, pelajar kelas 8 ini kepada Ali Felyndra. Sambil tersenyum, aktivis Tunas Hijau ini menjelaskan bahwa lubang resapan ini berfungsi untuk menangkap air hujan dan mengurangi genangan air.

Pembuatan lubang resapan biopori ini sebagai slah satu upaya konservasi air dengan menangkap air hujan yang turun langsung diresapkan kedalam tanah
Pembuatan lubang resapan biopori ini sebagai slah satu upaya konservasi air dengan menangkap air hujan yang turun langsung diresapkan kedalam tanah

Nah, kalau daun kering itu berguna sebagai makanan cacing yang ada didalam tanah, kalau cacingnya memakan daun itu, maka cacing itu akan membuat jalur yang dilaluinya didalam tanah, jalur tersebut yang digunakan untuk menyerap air hujan agar masuk kedalam tanah,” terang Ali Felyndra. Diliputi rasa penasaran serta rasa tidak kenal letih, peserta kemah hijau ini tampak bersemangat membuat lubang resapan biopori ini.

“Selain itu, daun kering yang sudah kalian masukkan tadi bisa berubah menjadi kompos lho,” imbuh Ali Felyndra. Sedikitnya 40 lubang resapan dihasilkan oleh peserta kemah hijau ini selama dua sesi materi workshop tentang biopori. Lebih lanjut lagi, tidak hanya sekedar membuat lubang resapan saja kemudian selesai, mereka juga merencanakan untuk membuat lubang resapan di sekolah masing-masing.

Seperti yang disampaikan oleh Febri Randawan, siswa SMPN 2 Nganjuk yang mengungkapkan ketagihan dan ingin membuat lagi di sekolahnya. “Selepas kemah hijau ini, saya jadi kepingin membuat lubang resapan biopori di sekolah, saya akan berusaha mengajak teman-teman saya untuk terlibat aktif membuat biopori ini,” ucap Febri Randawan, siswa kelas 8. (avitia/ryan)