Saling Berbagi Potensi Lingkungan, Warnai Workshop Kajian Lingkungan Sekolah-Sekolah

SURABAYA – Saling unjuk potensi lingkungan sekolah mengawali digelarnya workshop lingkungan yang digagas Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya, Sabtu (27/07). Bertempat di ruang pola gedung Bappeko (Badan Perencanaan Pembanguna Kota), workshop lingkungan ini diikuti oleh sedikitnya 20 sekolah dasar se- Surabaya. Menurut Dony Kristiawan, aktivis Tunas Hijau workshop lingkungan ini bertujuan untuk mengetahui potensi lingkungan sekolah-sekolah baru.

“Tidak hanya itu saja, kami juga ingin mengetahui perkembangan terbaru mengenai pengelolaan lingkungan di masing-masing sekolah sebagai data awal yang kami gunakan dalam program Eco School maupun Adiwiyata,” terang Dony Kristiawan. Dalam workshop lingkungan yang diikuti oleh sedikitnya 40 orang guru penanggung jawab masing-masing sekolah ini, checklist kajian lingkungan menjadi panduan mereka dalam menjalankan kegiatan lingkungan.

DOny Kristiawan, aktivis Tunas HIjau menjelaskan tentang point-point checklist kajian lingkungan
Dony Kristiawan, aktivis Tunas HIjau menjelaskan tentang point-point checklist kajian lingkungan

Sebagian besar kendala pun disampaikan oleh beberapa orang guru penanggung jawab lingkungan terutama dalam permasalahan checklist lingkungan. Salah satunya seperti yang disampaikan oleh Ari Pino Wahyu, guru penanggung jawab lingkungan SDN Rungkut Menanggal I ini menanyakan tentang checklist kajian lingkungan sekolahnya. “Apakah checklist kajian lingkungan ini diisi oleh warga sekolah dan apakah harus pertanyaannya hanya 12 saja,” ucap Ari Pino Wahyu.

Menjawab pertanyaan tersebut, Dony Kristiawan, aktivis Tunas Hijau mengungkapkan bahwa checklist kajian lingkungan tersebut merupakan panduan atau pegangan bagi guru penanggung jawab lingkungan.

Checklist kajian lingkungan tersebut berisi tentang pertanyaan-pertanyaan terkait dengan potensi lingkungan sekolah mulai dari kebijakan, kegiatan, partisipasi,  dokumentasi dan sarana prasarana lingkungan di sekolah. Jadi checklist tersebut diisi oleh guru yang bersangkutan dengan melihat dari sisi warga sekolah seperti siswa dan guru. Checklist kajian lingkungan tersebut boleh diisikan lebih dari 12 pertanyaan, disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan sekolah,” jelas Dony Kristiawan.

Bram Azzaino, aktivis Tunas Hijau memandu grup diskusi tentang kajian lingkungan bagi sekolah-sekolah
Bram Azzaino, aktivis Tunas Hijau memandu grup diskusi tentang kajian lingkungan bagi sekolah-sekolah

Tanggapan berbeda disampaikan oleh Nur Fitria, guru penanggung jawab lingkungan SDN Made II. Secara teknis, guru penanggung jawab sekolah yang berada di daerah paling barat Surabaya ini mengungkapkan bahwa kondisi keranjang komposter dan tong aerob di sekolh sudah 2 bulan ini tidak kunjung panen.

“Kak, kenapa komposter dan tong aerob di sekolah saya sudah dua bulan ini tidak panen-panen, padahal dulu pernah kami isi dengan sampah organik,” ujar Nur Fitria kepada Tunas Hijau. Hal yang sama pun diungkapkan oleh beberapa guru penanggung jawab lingkungan dari SDN Medokan Ayu II dan SDN Kemayoran I. Anggriyan, aktivis Tunas Hijau lainnya pun menjelaskan bahwa dalam program pengomposan yang dibutuhkan adalah disiplin dan tertib waktu.

“Kalau di sekolah kondisi komposter dan tong aerobnya hanya sesekai saja diisinya maka kejadiannya pun akan lama panen, beda kalau sarana lingkungan tersebut diisi ketika ada sampah organik, paling tidak setiap hari. Tanpa harus disiram dengan air, maka kondisi pupuk didalamnya sudah lembab. Beberapa faktor yang membuat gagal itu diantaranya komposter tersebut jarang diisi sampah organik, terlalu basah sehingga muncul binatang pengurainya dan kondisi tanahnya kering,” jelas Anggriyan. (ryan)